KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada setiap umat-Nya yang beriman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Sistem Peramalan Hama Penyakit yang berjudul “Tingkat Serangan Plutella Xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) Pada Tanaman Kubis-Kubisan”. Serta shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita yang mengarahkan kita menuju kebenaran. Laporan praktikum ini dibuat demi memenuhi tugas akhir praktikum yang telah selesai dilaksanakan dan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen-dosen penanggung jawab praktikum, kepada dan juga para rekan sesama mahasiswa yang telah menjalin kerjasama yang baik sehingga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Selayaknya karya manusia biasa, penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran dari semua pihak yang membaca laporan praktikum ini agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki dimasa akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan laporan praktikum ini dapat memenuhi syarat praktikum dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Padang, Juni 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Tanaman Kubis-kubisan
Kubis-kubisan (Brassica oleracea L) merupakan salah satu suku tumbuhan liar yang berbunga yang tumbuh di daerah yang zona iklimnya sedang hingga di daerah tropika dan banyak berasal dari daerah subtropis dan telah lama sekali dibudidayakan di Indonesia. Dalam keluarga ini terdapat sejumlah jenis sayuran yang banyak berguna bagi kehidupan manusia. Cruciferae adalah nama yang lebih dahulu digunakan yang artinya "pembawa silangan" yang mencerminkan ciri khas suku ini karena memiliki empat kelopak bunga yang tersusun menyerupai tanda silang. Tanaman ini berasal dari daerah Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediterranean.
Semula tanaman kubis liar tumbuh menahun (perennual) dan dua musim (biennual) kemudian oleh orang Eropa dipanen biji-bijinya. Dari sejumlah 5.000 tanaman diperoleh 70.000 biji kubis dan selanjutnya ditanam kembali. Pada tahap ini ditemukan turunan tanaman kubis yang akar-akarnya membengkak dan daun-daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Tanaman kubis (Brassicae oleraceae) termasuk family Cruciferae, Klas Dicotyledoneae, Subdivisi Angiospermae dan Divisi Embriophyta (Pracaya, 2001). Kubis sebagai sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan. Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar.
Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang di Indonesia banyak ditanam di daerah pegunungan, dengan ketinggian ±800 m di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai penyebaran hujan yang cukup setiap tahunnya. Sebagian kubis tumbuh baik pada ketinggian 100-200 m dpl, tetapi jumlah varietasnya tidak banyak dan tidak dapat menghasilkan biji. Pada daerah yang ketinggiannya di bawah 100 m, tanaman kubis tumbuh kurang baik.
Pada umumnya kubis ditanam dengan pola tanam secara monokultur atau tumpangsari. Waktu tanam kubis yang paling baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Meskipun demikian, kubis dapat ditanam sepanjang musim atau tahun asalkan kebutuhan airnya terpenuhi. Cara budidaya tanaman kubis adalah pengolahan tanah atau pembersihan gulma, penyulaman, pemupukan, pemanenan, dan pergiliran tanaman (Rukmana, 1994).
Realita yang ada, tidak semua petani di sentra pertanaman kubis menanam kubis. Keengganan petani menanam kubis dipicu oleh alasan klasik, takut terserang hama dan penyakit. Tanaman kubis yang akan tumbuh baik pada kelembaban yang cukup tinggi (60-69%) dan suhu cukup rendah memang dapat memunculkan berbagai penyakit, terutama bakteri dan cendawan. Kedua patogen inilah yang merupakan patogen utama pada kubis (Pracaya, 2001).
Tanaman kubis-kubisan (Brassicaceae) merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia. Luas panen kubis pada tahun 2008-2009 mencapai lebih dari 66.000 hektar/tahun dengan hasil produksi lebih dari 1,33 juta ton/tahun. Di Indonesia tanaman kubis-kubisan biasanya diusahakan di daerah dataran tinggi seperti di Sumatra Barat memiliki luas lahan pertanaman kubis sekitar 1009Ha pada tahun 2002 dengan hasil produksi mencapai 64.760ton/Ha.
Faktor yang merupakan penghambat produksi tanaman kubis-kubisan adalah hama yang dapat menurunkan hasil produksi sampai dengan 100%. Sala satu hama yang sering menyerang tanaman kubis-kubisan ini adalah ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella). Ulat ini memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.
Penyebaran hama ini meliputi Asia, Afrika, Australia, dan kepulauan Pasifik. Daerah penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Utara. Larva yang menyerang tanaman yang sedang membentuk krop. Hal ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi pada famili Brassicaceae.
1.2 Plutella xylostella (Ulat tritip)
Plutella xylostella disebut juga dengan ulat tritip atau ngengat punggung berlian (Pracaya,2001). Serangga ini termasuk kedalam phylum Arthopoda, kelas insekta, ordo Lepidoptera, famili plutellidae, genus plutulla, spesies plutella xylostella dan nama sinonimnya P. maculipenisdan P.cruceferarum. Hama ini bersifat kosmopolit yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropics seperti Indonesia, Eropa, India, Selandia Baru, Australia, Amerika Selatan dan Amerika Utara (Kalshovn, 1981).
Serangga ini pada umumnya dikenal sebagai “diamond back moth” karena terdapat tiga titik seperti intan pada sayap depannya (Kalshoven, 1981). Imago P. xylostella berupa ngengat yang ramping dan berwarna coklat kelabu. Panjangnya 1,5–1,7 mm dengan rentang sayap 14,5–17,5 mm. Bagian tepi sayap depan berwarna terang.
Larva Plutella xylostella biasanya besembunyi dibagian bawah daun dan biasanya yang dimakan hanya daging daun tetapi kulit ari daun sebelah atas tidak dimakan, hingga kelihatan seperti bercak-bercak putih dan berlubang. Ketika serangan hebat maka yang tertinggal hanya tulang daun saja. Selain menyerang daun hama ini juga menyerang titik tumbuh yang dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan dari tanaman. Cirri khas dari larva ini adalah bergerak cepat apabila merasa ada bahaya disekelilingnya, misalnya tersentuh, kemudian larva tersebut menjatuhkan tubuhnya dari daun dengan menggantung menggunakan benang sutra (Pracaya, 2008).
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh larva ini tergantung pada instar larva yang menyerang tanaman, semakin besar larva yakni pada instar 3 dan instar 4 maka tingkat kerusakan semakin tinggi. Bila populasi tinggi semakin berat kerusakan yang ditimbulkan dengan memakan seluruh daun pada tanaman dengan menyisakan tulang daun saja pada tanaman yang belum membentuk krop. Pada populasi yang tinggi larva juga dapat menyerang krop bila ulat krop sebagai pesaingnya tidak ada pada tanaman .
Telur Plutella xylostella ini berbentuk oval yang berlangsung secara tunggal dan berukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning. Biasanya telur diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok kecil yang terdiri dari 3-4 butir (Rukmana, 1994). Pada saat telur akan menetas maka telur akan berubah menjadi warna coklat keabu-abuan. Produksi telur tiap imago dapat mencapai 300 butir. Stadium telur biasanya berlangsung selama 12 ahri (Othman, 1982).
Larva Plutella xylostella ini terdiri dari 4 instar, yang berlangsung biasanya selama 12 hari. Larva instar 1 memiliki panjang 1 mm dan lebar 0,5 mm, memiliki warna kekuning-kuningan dan kepalanya berwarna gelap berlangsung selama 4 hari. Larva instar 2 memiliki panjang 2 mm dan lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningan dan berlangsung selama 2 hari. Larva instar 3 panjangnya 4-6 mm dan lebarnya 0,75 mm, berlangsung selama 3 hari. Larva instar 4 panjangnya 8-10 mm dan lebarnya 1-1,5 mm memiliki warna hijau dan berlangsung selama 3 hari (Rukmana, 1994). Perkembangan stadia larva sangat dipengaruhi oleh ketinggian dan temperatur. Semakin rendah temperatur maka semakin bertambah lama stadia tiap instar larva. Temperatur optimum untuk perkembangan stadian larva adalah 20-25oC dengan kelembaban 50-60oC (Haryono, 1996).
Imago larva ini berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Imago pada betina agak pucat sedangkan yang jantan berukuran lebih kecil dan berwarna lebih cerah dari imago betina (Sudarmo,1998). Ngengat betina dapat dibedakan dengan ngengat jantan dengan melihat cirri–cirinya. Ngengat betina warnanya tiga berlian pada sayap depan dari ngengat yang baru muncul dari pupa lebih gelap dari sayap depan jantan. Segmen anal (segmen terakhir dari abdomen) tidak terbelah dua dan abdomen membesar di tengah . Dalam kedaan terentang, sayap ngengat betina lebih besar dibandingkan sayap ngengat jantan. Ciri–ciri ngengat jantan yaitu warna tiga berlian dari ngengat yang baru muncul dari pupa lebih putih dari ngengat betina. Segmen anal terbelah dua kalau dilihat dari pndangan ventral. Dalam keadaan terentang sayap lebih pendek, lebih sempit dan pararel atau memanjang (Haryono, 1996).
Panjang tubuh imago termasuk kepalanya adalah 1,5-1,7 mm dalam rentang sayap 14,5 – 17,5 mm, bagian tepi sayap memiliki warna terang. Lama hidup rata-rata berlangsung selama 20 hari. Imago dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang sesuai dengan habitatnya (Rukmana, 1994). Daur hidup Plutella xylostella berlangsung sekitar 2 smapai 4 minggu mulai dari telur hingga menjadi imago. Umur Pxylostella di daerah tropis lebih pendek dibandingkan daerah dingin. Pada daerah dengan ketinggian 250 m dari permukaan laut, perkembangan hama ini membutuhkan waktu 12 samapai 15 hari. Sedangkan pada ketinggian 1.100 m dari permukaan laut perkembangannya 20 samapai 25 hari (Kalshoven, 1981). Serangan hama ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar, yakni mencapai 58% - 100% (Rukmana,1994).
Penanganan Plutella xylostella hendaknya dilakukan secepat mungkin segera setelah diketahui keberadaannya. Sebab, jika penanganan tidak segera dilakukan, dalam waktu 4 – 5 hari seluruh tanaman dapat habis dimakannya.
1.3 Brassica oleraceae L
Dalam ilmu tumbuhan (botani), tanaman brokoli diklasifikasikan sebagai berikut : divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, family Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica oleraceae var. botrytis L. Sementara itu dari sub varietas cysoma Lamm, dikenal adanya bermacam-macam kubis bunga hijau yang dekenal sebagai brokoli.
Tanaman brokoli termasuk dalam golongan tanaman sayuran semusim atau berumur pendek. Tanaman ini hanya dapat berproduksi satu kali dan setelah itu akan mati. Tanaman brokoli dapat dipanen pada umur 50 – 60 hari setelah pindah tanam, tergantung pada varietasnya juga. Tanaman brokoli ini berupa tanaman perdu dengan perakaran yang dangkal.
Batang tanaman brokoli tumbuh tegak dan pendek (± 30cm). Batangnya berwarna hijau, tebal dan lunak namun cukup kuat dan bercabang samping. Batang tanaman brokoli halus tidak berambut dan tidak terlalu begitu terlihat karena tertutup oleh daun. Dan daun tanaman brokoli ini berbentuk telur (oval) dengan bagian tepi daun begerigi, agak panjang membentuk celah-celah yang menyirip agak melengkung kedalam. Daunnya berwarna hijau dan tumbuh berselang - seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun – daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum masa bunga terbentuk, berukuran kecil dan melengkung kedalam melindungi bunga yang sedang baru mulai tumbuh. (Bambang, 2001)
Brokoli memiliki 3 tipe tanaman yaitu tipe umur genjah, tipe umur sedang, dan tipe umur dalam. Kultivar umur dalam dan ditanam melewati musim dingin adalah tanaman dua tahunan, dan memerlukan vernalisasi untuk menghasilkan pembungaan. Tipe brokoli yang penting meliputi tunas ungu (tipe bercabang lewat musim dingin), tanjung bunga ungu (tanaman dua musim berkepala tunggal,lewat musim dingin), sisila ungu ( tanaman setahun berkepala tunggal berwarna ungu pucat). Sifat tanaman yang penting meliputi kepadatan dan bentuk kepala, tingkat percabangan, ukuran individu tunas bunga, panjang batang, jumlah dan panjang ruas serta perkembangan bunga aksilar (samping)(Haryono,1996).
Produksi dari kubis bunga ini adalah bakal bunga yang mengelompok seakan – seakan menyatu seperti telur atau kerucut yang berwarna putih kekuning- kuningan. Kemudian Pracaya ( 1989 ) mengemukakan kubis bunga disebut juga dengan kubis bunga putih, padat. Berdaging tebal yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai pendek, dengan garis tengah kepala ± 20 cm.
Brokoli dapat ditanam pada berbagai ketinggian tempat, baik didataran rendah, medium, maupun dataran tinggi yang berhawa sejuk sesuai dengan varietas yang akan ditanam. Suhu yang diinginkan rata – rata 15oC maksimum 24o C dan kelembaban antara 80% - 90 % hingga daerah penanaman harus diatas 1500 meter diatas permukaan laut.
Tanaman brokoli ini dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Buah berbentuk polong, berukuran kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 – 5 cm. Didalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji – biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman.
II. Bahan dan Metoda
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Sistem peramalan hama dan penyakit ini dilakukan pada hari Sabtu, 07 Mei 2011, pada pukul 10.00 s/d selesai. Dilakukan didaerah Padang Luar Bukit Tinggi.
2.2 Bahan dan Alat
Pada praktikum bahan yang digunakan adalah berupa sampel tanaman yang terdapat pada lahan kubis-kubisan. Dan alat yang digunakan pada saat praktikum adalah alat-alat tulis dan botol aqua.
2.3 Cara Kerja
Pertama-tama lakukan pengambilan sampel secara diagonal sebanyak 5 sampel, kemudian hitung pada tiap sampel berapa tingkat serangan yang ditimbulkan sesuai dengan tabel criteria tingkat serangan yang dimiliki dan catat hasil yang diperoleh dan hitung berdasarkan rumus yang ada.
2.4 Metoda
Metoda yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah metode diagonal dengan mengambil lima sampel tanaman kubis-kubisan secara diagonal.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat diperoleh hasil sebagai berikut dengan acuan : Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis menurut Departemen Pertanian (2000) adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
No | Persentase kerusakan | Tingkat kerusakan | sampel | Persentase kerusakan | Populasi P. xylustella |
1 | 0 % | Tidak ada kerusakan | 1 | 80 % | 7 |
2 | 1-14% | Ringan | 2 | 30 % | 2 |
3 | 15-29% | Cukup berat | 3 | 40 % | 3 |
4 | 30-50% | Berat | 4 | 10 % | 5 |
5 | >50% | Sangat berat | 5 | 30 | - |
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan tersebut diperoleh persentase serangan 10-80 % yang sampel pengamatannya diambil secara acak. Larva ini menyerang tanaman kubis yang masih muda atau terbilang belum membuka atau membentuk krop. Gejala serangan oleh larva instar pertama, akan terlihat adanya liang korokan berwarna transparan pada bagian luar daun. Serangan larva instar kedua sampai instar keempat, menimbulkan gejala berupa ”jendela-jendela” transparan pada daun dan gejala seperti ini adalah ciri khas dari serangan P. xylostella (Sastrosiswojo, 1987). Menurut Kalshoven (1981), ’jendela - jendela" tersebut lambat laun menjadi lubang-lubang dengan ukuran lebihl dari 5 mm. Serangan yang hebat dari hama ini akan mengakibatkan daun hanya tinggal tulang¬tulang daunnya saja.
Hampir sama dengan yang ditemukan dilapangan terlihat adanya liang gorokan berwarna transparan dan ditandai dengan ditemukannya kotorannya atau bekas gorokannya disekitar tempat huninya. Dimana semakin tinggi jumlah populsi P. xylostella maka semakin tinggi pula persentase daun terserang tetapi pada sampel 4 dan 5 tidak demikian karena pada sampel 4 persentase daun terserang 10 % sedangakan populasi larva ada 5, dan pada sampel 5 ada 30 % sedangkan larvanya tidak ditemukan, ini diduga karena telur pada sampel 4 baru menetas dan belum memakan daun kubis, sedangkan pada sampel 5 disebabkan sudah ada penghitungan terlebih dahulu dan larva sudah diambil dari kelompok lain. Pada sampel 1 merupakan tanaman kubis yang paling tinggi persentase daun terserangnya yaitu 80 %, dengan jumlah populasi larva 7. Serangan Plutella xylustella pada tanaman kubis di padang panjang terjadi hamper diseluruh pertanaman kubis, tetapi masih dengan intensitas ringan, diperlukan pengendalian dengan secepat mungkin.
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat serangan yang disebabkan oleh Plutella xylostella sangat tinggi pada setiap tanaman yang diserang dan menimbulkan kerugian besar bagi petani, karena tanaman tidak berproduksi secara optimal dan kualitas dan kuantitas yang dihasilkanpun kurang bagus sehingga daya belinya berkurang.
4.2 Saran
Sebaiknya petani segera melakukan pengendalian secara kultur teknis ketika Plutella xylostella mulai menyerang pada tanaman kubis-kubisan, karena populasi hama ini akan cepat berkembang dan menyebar bila tidak segera dilakukan pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2001. Kubis dan Broccoli Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Harjono, I. 1996. Bisnis Tani Kubis Bunga. Penerbit CV. Aneka, Solo
Pracaya, Ir. 2001. Kol Alias Kubis. Penerbit Swadaya, Jakarta
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Untung, K. 1993. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERAMALAN HAMA dan PENYAKIT
“Tingkat Serangan Plutella Xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) Pada Tanaman Kubis-Kubisan”
OLEH :
KELOMPOK I
RATIH CRISTINA DEWI 0810211011
NUR AINUN 0810211023
RIAN SURYANA 0810212168
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
LAMPIRAN