Sabtu, 25 Juni 2011

hama kubis : peramalan hama


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada setiap umat-Nya yang beriman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Sistem Peramalan Hama Penyakit yang berjudul “Tingkat Serangan Plutella Xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) Pada Tanaman Kubis-Kubisan”. Serta shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita yang mengarahkan kita menuju kebenaran. Laporan praktikum ini dibuat demi memenuhi tugas akhir praktikum yang telah selesai dilaksanakan dan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen-dosen penanggung jawab praktikum, kepada dan juga para rekan sesama mahasiswa yang telah menjalin kerjasama yang baik sehingga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Selayaknya karya manusia biasa, penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran dari semua pihak yang membaca laporan praktikum ini agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki dimasa akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan laporan praktikum ini dapat memenuhi syarat praktikum dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Padang,   Juni 2011


Penulis
I.       PENDAHULUAN
1.1 Tanaman Kubis-kubisan
Kubis-kubisan (Brassica oleracea L) merupakan salah satu suku tumbuhan liar yang berbunga yang tumbuh di daerah yang zona iklimnya sedang hingga di daerah tropika dan banyak berasal dari daerah subtropis dan telah lama sekali dibudidayakan di Indonesia. Dalam keluarga ini terdapat sejumlah jenis sayuran yang banyak berguna bagi kehidupan manusia. Cruciferae adalah nama yang lebih dahulu digunakan yang artinya "pembawa silangan"  yang mencerminkan ciri khas suku ini karena memiliki empat kelopak bunga yang tersusun menyerupai tanda silang. Tanaman ini berasal dari daerah Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediterranean.
Semula tanaman kubis liar tumbuh menahun (perennual) dan dua musim (biennual) kemudian oleh orang Eropa dipanen biji-bijinya. Dari sejumlah 5.000 tanaman diperoleh 70.000 biji kubis dan selanjutnya ditanam kembali. Pada tahap ini ditemukan turunan tanaman kubis yang akar-akarnya membengkak dan daun-daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Tanaman kubis (Brassicae oleraceae) termasuk family Cruciferae, Klas Dicotyledoneae, Subdivisi Angiospermae dan Divisi Embriophyta (Pracaya, 2001). Kubis sebagai sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan. Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar.
Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang di Indonesia banyak ditanam di daerah pegunungan, dengan ketinggian ±800 m di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai penyebaran hujan yang cukup setiap tahunnya. Sebagian kubis tumbuh baik pada ketinggian 100-200 m dpl, tetapi jumlah varietasnya tidak banyak dan tidak dapat menghasilkan biji. Pada daerah yang ketinggiannya di bawah 100 m, tanaman kubis tumbuh kurang baik.
Pada umumnya kubis ditanam dengan pola tanam secara monokultur atau tumpangsari. Waktu tanam kubis yang paling baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Meskipun demikian, kubis dapat ditanam sepanjang musim atau tahun asalkan kebutuhan airnya terpenuhi. Cara budidaya tanaman kubis adalah pengolahan tanah atau pembersihan gulma, penyulaman, pemupukan, pemanenan, dan pergiliran tanaman (Rukmana, 1994).
Realita yang ada, tidak semua petani di sentra pertanaman kubis menanam kubis. Keengganan petani menanam kubis dipicu oleh alasan klasik, takut terserang hama dan penyakit. Tanaman kubis yang akan tumbuh baik pada kelembaban yang cukup tinggi (60-69%) dan suhu cukup rendah memang dapat memunculkan berbagai penyakit, terutama bakteri dan cendawan. Kedua patogen inilah yang merupakan patogen utama pada kubis (Pracaya, 2001).
Tanaman kubis-kubisan (Brassicaceae) merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia. Luas panen kubis pada tahun 2008-2009 mencapai lebih dari 66.000 hektar/tahun dengan hasil produksi lebih dari 1,33 juta ton/tahun. Di Indonesia tanaman kubis-kubisan biasanya diusahakan di daerah dataran tinggi seperti di Sumatra Barat memiliki luas lahan pertanaman kubis sekitar 1009Ha pada tahun 2002 dengan hasil produksi mencapai 64.760ton/Ha.
Faktor yang merupakan penghambat produksi tanaman kubis-kubisan adalah hama yang dapat menurunkan hasil produksi sampai dengan 100%. Sala satu hama yang sering menyerang tanaman kubis-kubisan ini adalah ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella). Ulat ini  memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.
Penyebaran hama ini meliputi Asia, Afrika, Australia, dan kepulauan Pasifik. Daerah penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Utara. Larva yang menyerang tanaman yang sedang membentuk krop. Hal ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi pada famili Brassicaceae.



1.2  Plutella xylostella (Ulat tritip)
Plutella xylostella disebut juga dengan ulat tritip atau ngengat punggung berlian (Pracaya,2001). Serangga ini termasuk kedalam phylum Arthopoda, kelas insekta, ordo Lepidoptera, famili plutellidae, genus plutulla, spesies plutella xylostella dan nama sinonimnya P. maculipenisdan P.cruceferarum. Hama ini bersifat kosmopolit yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropics seperti Indonesia, Eropa, India, Selandia Baru, Australia, Amerika Selatan dan Amerika Utara (Kalshovn, 1981).
Serangga ini pada umumnya dikenal sebagai “diamond back moth” karena terdapat tiga titik seperti intan pada sayap depannya (Kalshoven, 1981). Imago P. xylostella berupa ngengat yang ramping dan berwarna coklat kelabu. Panjangnya 1,5–1,7 mm dengan rentang sayap 14,5–17,5 mm. Bagian tepi sayap depan berwarna terang.
Larva Plutella xylostella biasanya besembunyi dibagian bawah daun dan biasanya yang dimakan hanya daging daun tetapi kulit ari daun sebelah atas tidak dimakan, hingga kelihatan seperti bercak-bercak putih dan berlubang. Ketika serangan hebat maka yang tertinggal hanya tulang daun saja. Selain menyerang daun hama ini juga menyerang titik tumbuh yang dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan dari tanaman. Cirri khas dari larva ini adalah bergerak cepat apabila merasa ada bahaya disekelilingnya, misalnya tersentuh, kemudian larva tersebut menjatuhkan tubuhnya dari daun dengan menggantung menggunakan benang sutra (Pracaya, 2008).
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh larva ini tergantung pada instar larva yang menyerang tanaman, semakin besar larva yakni pada instar 3 dan instar 4 maka tingkat kerusakan semakin tinggi. Bila populasi tinggi semakin berat kerusakan yang ditimbulkan dengan memakan seluruh daun pada tanaman dengan menyisakan tulang daun saja pada tanaman yang belum membentuk krop. Pada populasi yang tinggi larva juga dapat menyerang krop bila ulat krop sebagai pesaingnya tidak ada pada tanaman .
Telur Plutella xylostella ini berbentuk oval yang berlangsung secara tunggal dan berukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning. Biasanya telur diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok kecil yang terdiri dari 3-4 butir (Rukmana, 1994). Pada saat telur akan menetas maka telur akan berubah menjadi warna coklat keabu-abuan. Produksi telur tiap imago dapat mencapai 300 butir. Stadium telur biasanya berlangsung selama 12 ahri (Othman, 1982).
Larva Plutella xylostella ini terdiri dari 4 instar, yang berlangsung biasanya selama 12 hari. Larva instar 1 memiliki panjang 1 mm dan lebar 0,5 mm, memiliki warna kekuning-kuningan dan kepalanya berwarna gelap berlangsung selama 4 hari. Larva instar 2 memiliki panjang 2 mm dan lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningan dan berlangsung selama 2 hari. Larva instar 3 panjangnya 4-6 mm dan lebarnya 0,75 mm, berlangsung selama 3 hari. Larva instar 4 panjangnya 8-10 mm dan lebarnya 1-1,5 mm memiliki warna hijau dan berlangsung selama 3 hari (Rukmana, 1994). Perkembangan stadia larva sangat dipengaruhi oleh ketinggian dan temperatur. Semakin rendah temperatur maka semakin bertambah lama stadia tiap instar larva. Temperatur optimum untuk perkembangan stadian larva adalah 20-25oC dengan kelembaban 50-60oC (Haryono, 1996).
Imago larva ini berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Imago pada betina agak pucat sedangkan yang jantan berukuran lebih kecil dan berwarna lebih cerah dari imago betina (Sudarmo,1998). Ngengat betina dapat dibedakan dengan ngengat jantan dengan melihat cirri–cirinya. Ngengat betina  warnanya tiga berlian pada sayap depan dari ngengat yang  baru muncul  dari pupa lebih gelap dari sayap depan jantan. Segmen anal  (segmen terakhir dari abdomen) tidak terbelah dua dan abdomen membesar di tengah . Dalam kedaan terentang, sayap ngengat betina lebih besar dibandingkan sayap ngengat jantan. Ciri–ciri ngengat jantan yaitu warna tiga berlian dari ngengat yang baru muncul dari pupa lebih putih dari ngengat betina. Segmen anal terbelah dua kalau dilihat dari pndangan ventral. Dalam keadaan terentang sayap lebih pendek, lebih sempit dan pararel atau memanjang (Haryono, 1996).
Panjang tubuh imago termasuk kepalanya adalah 1,5-1,7 mm dalam rentang sayap 14,5 – 17,5 mm, bagian tepi sayap memiliki warna terang. Lama hidup rata-rata berlangsung selama 20 hari. Imago dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang sesuai dengan habitatnya (Rukmana, 1994). Daur hidup Plutella xylostella berlangsung sekitar 2 smapai 4 minggu mulai dari telur hingga menjadi imago. Umur Pxylostella di daerah tropis lebih pendek dibandingkan daerah dingin. Pada daerah dengan ketinggian 250 m dari permukaan laut, perkembangan hama ini membutuhkan waktu 12 samapai 15 hari. Sedangkan pada ketinggian 1.100 m dari permukaan laut perkembangannya 20 samapai 25 hari (Kalshoven, 1981). Serangan hama ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar, yakni mencapai 58% - 100% (Rukmana,1994).
Penanganan Plutella xylostella hendaknya dilakukan secepat mungkin segera setelah diketahui keberadaannya. Sebab, jika penanganan tidak segera dilakukan, dalam waktu 4 – 5 hari seluruh tanaman dapat habis dimakannya.

1.3 Brassica oleraceae L
            Dalam ilmu tumbuhan (botani), tanaman brokoli diklasifikasikan sebagai berikut : divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, family Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica oleraceae var. botrytis L. Sementara itu dari sub varietas cysoma Lamm, dikenal adanya bermacam-macam kubis bunga hijau yang dekenal sebagai brokoli.
Tanaman brokoli termasuk dalam golongan tanaman sayuran semusim atau berumur pendek. Tanaman ini hanya dapat berproduksi satu kali dan setelah itu akan mati. Tanaman brokoli dapat dipanen pada umur 50 – 60 hari setelah pindah tanam, tergantung pada varietasnya juga. Tanaman brokoli ini berupa tanaman perdu dengan perakaran yang dangkal.
Batang tanaman brokoli tumbuh tegak dan pendek (± 30cm). Batangnya berwarna hijau, tebal dan lunak namun cukup kuat dan bercabang samping. Batang tanaman brokoli halus tidak berambut dan tidak terlalu begitu terlihat karena tertutup oleh daun. Dan daun tanaman brokoli ini berbentuk telur (oval) dengan bagian tepi daun begerigi, agak panjang membentuk celah-celah yang menyirip agak melengkung kedalam. Daunnya berwarna hijau dan tumbuh berselang - seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun – daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum masa bunga terbentuk, berukuran kecil dan melengkung kedalam melindungi bunga yang sedang baru mulai tumbuh. (Bambang, 2001)
Brokoli memiliki 3 tipe tanaman yaitu tipe umur genjah, tipe umur sedang, dan tipe umur dalam. Kultivar umur dalam dan ditanam melewati musim dingin adalah tanaman dua tahunan, dan memerlukan vernalisasi untuk menghasilkan pembungaan. Tipe brokoli yang penting meliputi tunas ungu (tipe bercabang lewat musim dingin), tanjung bunga ungu (tanaman dua musim berkepala tunggal,lewat musim dingin), sisila ungu ( tanaman setahun berkepala tunggal berwarna ungu pucat). Sifat tanaman yang penting meliputi kepadatan dan bentuk kepala, tingkat percabangan, ukuran individu tunas bunga, panjang batang, jumlah dan panjang ruas serta perkembangan bunga aksilar (samping)(Haryono,1996).
Produksi dari kubis bunga ini adalah bakal bunga yang mengelompok seakan – seakan menyatu seperti telur atau kerucut yang berwarna putih kekuning- kuningan. Kemudian Pracaya ( 1989 ) mengemukakan kubis  bunga disebut juga dengan kubis bunga putih, padat. Berdaging tebal yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai pendek, dengan garis tengah kepala ± 20 cm.
Brokoli dapat ditanam pada berbagai ketinggian tempat, baik didataran rendah, medium, maupun dataran tinggi yang berhawa sejuk sesuai dengan varietas yang akan ditanam. Suhu yang diinginkan rata – rata 15oC maksimum 24o C dan kelembaban antara 80% - 90 %  hingga daerah penanaman harus diatas 1500 meter diatas permukaan laut.
Tanaman brokoli ini dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Buah berbentuk polong, berukuran kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 – 5 cm. Didalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji – biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman.






II.    Bahan dan Metoda
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Sistem peramalan hama dan penyakit ini dilakukan pada hari Sabtu, 07 Mei 2011, pada pukul 10.00 s/d selesai. Dilakukan didaerah Padang Luar Bukit Tinggi.

2.2 Bahan dan Alat
Pada praktikum bahan yang digunakan adalah berupa sampel tanaman yang terdapat pada lahan kubis-kubisan. Dan alat yang digunakan pada saat praktikum adalah alat-alat tulis dan botol aqua.
2.3 Cara Kerja
Pertama-tama lakukan pengambilan sampel secara diagonal sebanyak 5 sampel, kemudian hitung pada tiap sampel berapa tingkat serangan yang ditimbulkan sesuai dengan tabel criteria tingkat serangan yang dimiliki dan catat hasil yang diperoleh dan hitung berdasarkan rumus yang ada.
2.4 Metoda
Metoda yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah metode diagonal dengan mengambil lima sampel tanaman kubis-kubisan secara diagonal.











III.      Hasil dan Pembahasan

3.1  Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat diperoleh hasil sebagai berikut dengan acuan : Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis menurut Departemen Pertanian (2000) adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
No
Persentase kerusakan
Tingkat kerusakan
sampel
Persentase kerusakan
Populasi
 P. xylustella
1
0 %
Tidak ada kerusakan
1
80 %
7
2
1-14%
Ringan
2
30 %
2
3
15-29%
Cukup berat
3
40 %
3
4
30-50%
Berat
4
10 %
5
5
>50%
Sangat berat
5
30     
-

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan tersebut diperoleh persentase serangan 10-80 % yang sampel pengamatannya diambil secara acak. Larva ini menyerang tanaman kubis yang masih muda atau terbilang belum membuka atau membentuk krop. Gejala serangan oleh larva instar pertama, akan terlihat adanya liang korokan berwarna transparan pada bagian luar daun. Serangan larva instar kedua sampai instar keempat, menimbulkan gejala berupa ”jendela-jendela” transparan pada daun dan gejala seperti ini adalah ciri khas dari serangan P. xylostella (Sastrosiswojo, 1987). Menurut Kalshoven (1981), ’jendela - jendela" tersebut lambat laun menjadi lubang-lubang dengan ukuran lebihl dari 5 mm. Serangan yang hebat dari hama ini akan mengakibatkan daun hanya tinggal tulang¬tulang daunnya saja.
 Hampir sama dengan yang ditemukan dilapangan terlihat adanya liang gorokan berwarna transparan dan ditandai dengan ditemukannya kotorannya atau bekas gorokannya disekitar tempat huninya. Dimana semakin tinggi jumlah populsi P. xylostella maka semakin tinggi pula persentase daun terserang tetapi pada sampel 4 dan 5 tidak demikian karena pada sampel 4 persentase daun terserang 10 % sedangakan populasi larva ada 5, dan pada sampel 5 ada 30 % sedangkan larvanya tidak ditemukan, ini diduga karena telur pada sampel 4 baru menetas dan belum memakan daun kubis, sedangkan pada sampel 5 disebabkan sudah ada penghitungan terlebih dahulu dan larva sudah diambil dari kelompok lain. Pada sampel 1 merupakan tanaman kubis yang paling tinggi persentase daun terserangnya yaitu 80 %, dengan jumlah populasi larva 7. Serangan Plutella xylustella pada tanaman kubis di padang panjang terjadi hamper diseluruh pertanaman kubis, tetapi masih dengan intensitas ringan, diperlukan pengendalian dengan secepat mungkin.
                                               





















IV.      Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat serangan yang disebabkan oleh Plutella xylostella sangat tinggi pada setiap tanaman yang diserang dan menimbulkan kerugian besar bagi petani, karena tanaman tidak berproduksi secara optimal dan kualitas dan kuantitas yang dihasilkanpun kurang bagus sehingga daya belinya berkurang.

4.2 Saran
Sebaiknya petani segera melakukan pengendalian secara kultur teknis ketika Plutella xylostella mulai menyerang pada tanaman kubis-kubisan, karena populasi hama ini akan cepat berkembang dan menyebar bila tidak segera dilakukan pengendalian.



















DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2001. Kubis dan Broccoli Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Harjono, I. 1996. Bisnis Tani Kubis Bunga. Penerbit CV. Aneka, Solo
Pracaya, Ir. 2001. Kol Alias Kubis. Penerbit Swadaya, Jakarta
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Untung, K. 1993. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.












LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERAMALAN HAMA dan PENYAKIT
Tingkat Serangan Plutella Xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) Pada Tanaman Kubis-Kubisan”



OLEH :
KELOMPOK I
RATIH CRISTINA DEWI     0810211011
NUR AINUN                           0810211023
RIAN SURYANA                   0810212168



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2011

LAMPIRAN


hortikultura : menyambung

I.                   PENDAHULUAN

Buah rimbang cukup dikenal di nusantara serta memiliki banyak nama, antara lain, terung pipit, terong teter, rimbang, tong belut, coco wana, cepokak, pokak (Jawa) dan takokak (Sunda). Buahnya yang berwarna hijau dan lebih besar dari sebutir kelereng ini berasal dari keluarga terung-terungan (Solanaceae) dengan nama spesies Solanum torvum Swartz. Buah tersebut banyak dimanfaatkan untuk bahan masakan. Hal ini tidak mengherankan, karena tanaman sejenis perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 2 meter ini, sangat mudah ditemui di sekitar halaman rumah, kebun ataupun hutan di Indonesia pada ketinggian 800 hingga 1200 meter di atas permukaan laut.
Sebagai antioksidan, tanaman ini juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan dan termasuk salah satu tanaman obat yang selain buahnya, daun dan bunganya juga dapat dimanfaatkan. Adapun kandungan kimia pada daun, bunga dan buahnya antara lain, Saponin, Tanin, Flavonid, Alkaloid, Protein Lemak, Kalsium, Fosfor, Zat Besi serta Vitamin A, B dan C. Yang dapat dimanfaatkan sebagai obat jantung berdebar (daun), kepala pusing, kurang nafsu makan serta tekanan darah tinggi (daun dan buahnya).
Cabe  (Capsicum  Annum  varlongum) merupakan  salah  satu  komoditas  hortikultura  yang memiliki nilai  ekonomi  penting  di  Indonesia.  Cabe merupakan  tanaman perdu dari famili terongterongan yang memiliki namailmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negaranegara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak  ragam  tipe  pertumbuhan  dan  bentuk  buahnya.  Diperkirakan  terdapat  20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. 
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe  rawit  dan  paprika.  Secara  umum  cabe  memiliki  banyak  kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain  digunakan  untuk  keperluan  rumah  tangga,  cabe  juga  dapat  digunakan  untuk  keperluan industri  diantaranya,  Industri  bumbu masakan,  industry makanan  dan  industri  obatobatan  atau jamu.  Buah  cabe  ini  selain  dijadikan  sayuran  atau  bumbu  masak  juga  mempunyai  kapasitas menaikkan  pendapatan  petani.  Cabai merah Besar (Capsicum annuum). L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.
Perbanyakan tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai dengan  yang sederhana sampai yang rumit. Tingkat keberhasilannya pun bervariasi dari tinggi  sampai rendah, keberhasilan perbanyakan tanaman tergantung pada beberapa faktor  antara lain: cara perbanyakan yang digunakan, jenis tanaman, waktu memperbanyak,  keterampilan pekerja dan sebagainya.  Perbanyakan tanaman bisa digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan generatif sudah sangat umum dijumpai, bahan yang digunakan adalah biji. Biji-biji ini biasanya sengaja disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, tapi bisa juga tanpa disengaja biji-biji yang dibuang begitu saja dan oleh alam ditumbuhkan untuk menjadi tanaman baru. Tentu saja tanaman baru hasil buangan  ini bisa dijadikan bibit, apabila diketahui segala sifat-sifat kelebihannya. Ini untuk menghindari agar tidak kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah misalnya.
Untuk menghindari rasa buah yang mengecewakan, bisa saja memanfaatkan  tanaman hasil buangan itu sebagai tanaman batang bawah. Batang atasnya dapat menggunakan tanaman sejenis yang diketahui sifat-sifat unggulnya (untuk tanaman buah-buahan) atau warna bunganya (bagi tanaman hias bunga) dan kecepatan pertumbuhan serta kelurusan batang pohon  (untuk tanaman kehutanan) perbanyakan dengan cara ini kita sebut dengan perbanyakan Sambungan (Grafting).
 Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan,  kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.     
 Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang-kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman yang tidak menghasilkan biji atau jumlah  bijinya sedikit. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif maka orang mulai memindahkan perhatiannya keperbanyakan vegetatif.   
Manfaat sambungan pada tanaman yaitu memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya. mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo. Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara menghindari beberapa kelemahan yang ada pada perbanyakan secara generatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  RIMBANG
Rimbang (Solanum Torvum Swartz). Di Jawa Barat tanaman ini dikenal sebagai Leunca. Sedangkan di daerah lain rimbang disebut dengan takokak. Takokak adalah tanaman yang berumur panjang ( sampai bertahun- tahun) dan berbentuk semak takokak ini tahan sekali terhadap penyakit layu tidak seperti Solanaceae lain yang peka terhadap. Itulah sebabnya takokak sering dipergunakan sebagai batang bawah dalam penyambungan.
Klasifikasi : Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Asteridae, Ordo: Solanales, Famili: Solanaceae (suku terung-terungan), Genus: Solanum, Spesies: Solanum torvum Swartz
Buah tanaman jenis ini, cukup dikenal di nusantara serta memiliki banyak nama, antara lain, terung pipit, terong teter, rimbang, tong belut, coco wana, cepokak, pokak (Jawa) dan takokak (Sunda). Buahnya yang berwarna hijau dan lebih besar dari sebutir kelereng ini berasal dari keluarga terung-terungan (Solanaceae) dengan nama spesies Solanum torvum Swartz. Buah tersebut banyak dimanfaatkan untuk bahan masakan. Hal ini tidak mengherankan, karena tanaman sejenis perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 2 meter ini, sangat mudah ditemui di sekitar halaman rumah, kebun ataupun hutan di Indonesia pada ketinggian 800 hingga 1200 meter di atas permukaan laut.
2.2  CABAI
Cabe  (Capsicum  Annum  varlongum) merupakan  salah  satu  komoditas  hortikultura  yang memiliki nilai  ekonomi  penting  di  Indonesia.  Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terongterongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negaranegara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, caberawit dan paprika. Secara umum cabememiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya,Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obatobatan atau jamu. Buah cabe ini selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani. Disamping itu tanaman ini juga berfungsi sebagai bahan baku industri, yang memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja. 
Pedoman Teknis Budidaya ,Penyiapan Benih Benih cabe dapat dibuat sendiri dengan cara sebagai berikut: 1.Pilih buah cabe yang matang (merah),2.Bentuk sempurna, segar, 3.Tidak cacatdan tidak terserang penyakit. 4.Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secar memanjang,5.Cuci biji lalu dikeringkan.6.Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran dan warnaseragam, permukaan kulit bersih, tida  keriput dan tidak cacat.  
Persemaian ,Sebelum tanam di tempat permanen, sebaiknya benih disemai dulu dalam wadahsemai yangdapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangibagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase). 
Persiapannya adalah sebagai berikut: 1. Isikan  dalam  wadah  semai  media  berupa  tanah pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan  1  :  1.  Untuk  menghilangkangangguan hama berikan pestisida sistemikdi tanah dengan takaran 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih. 2.Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndamdalam air hangat (50 derajat Celcius) selama semalam, Tambahkan MiG6PLUSsaat perendaman dengan dosis 10ml : 1 liter air.  3.Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai  tetap lembab. 
Pembibitan, Benih  yang  telah  berkecambah  atau  bibit  cabe  umur  1014  hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan. Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan pupuk kandang. Pindahkan  bibit  cabe  ke wadah  pembibitan  dengan  hatihati.  Pada  saat  bibit  ditanam  di bumbungan,  tanah  di  sekitar  akar  tanaman  ditekantekan  agar  sedikit  padat  dan  bibit berdiri  tegak.  Letakkan  bibit  di tempat teduh dan sirami  secukupnya  untuk  menjaga kelembabannya. Pembibitan  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  daya  adaptasi  dan  daya  tumbuh  bibit  pada  saat pemindahan  ke  tempat  terbuka  di  lapangan  atau  pada  polybag  Pemindahan  bibit  baru  dapat dilakukan setelah berumur 3040 hari. 
Penanaman 1.  Pilih  bibit  cabe  yang  baik  yaitu  pertumbuhannya  tegar,  warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit. 2.Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu sebelumditanam. Hatihati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiriTanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag. 3.Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung.  


Pengendalian hama,penyakit,dan gulma 
Hama , Untuk  mengendalikan  hama  lalat  buah  penyebab  busuk  buah,  pasang  jebakan  yang  diberi Antraxtan.  Sedang  untuk  mengendalikan  serangga  pengisap  daun  seperti  Thrips,  Aphid  dengan insektisida. 
Jenisjenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu daun menyerang  tunas  muda  cabai  secara  bergerombol.  Daun  yang terserang akan mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak langsung serangan kutu daun. Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikanpestisida sistemik pada tanah sebanyak 6090 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area. 
Apabila tanaman sudah tumbuh semprotkan insektisida. Serangan hama trips amat berbahya bagi tanaman cabai, karena hama ini juga vector pembawa virus keriting daun. Gejala serangannya berupa bercakbercak putih di daun karena hama ini mengisap cairan daun tersebut. Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun menggulung dan sering timbul benjolan seperti tumor. 
Hama trips (Thrips tabaci) dapat dicegah dengan banyak cara yaitu: Pemakaian mulsa jerami,Pergiliran tanaman ,Penyiangan gulma atau rumputan pengganggu, dan menggenangi lahan dengan air selama beberapa waktu,Pemberianpestisida sistemik pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun mampu mencegah serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah cukup besar, dapat disemprot dengan insektisida. Penyakit ,Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masingmasing obat tersebut dapat dilihat padalabelnya. 
Adapun  jenisjenis  penyakit  yang  banyak  menyerang  cabai  antara  lain  antraks  atau  patek  yang disebabkan  oleh  cendawan  Colletotricum  capsici  dan  Colletotricum  piperatum,  bercak  daun (Cercospora  capsici),  dan  yang  cukup  berbahaya  ialah  keriting  daun  (TMV,  CMVm,  dan  virus lainnya). 
Gejala serangan antraks atau patek ialah bercakbercak pada buah, buah kehitaman dan membusuk, kemudian rontok. Gejala serangan keriting daun adalah:bercak daun ialah bercakbercak kecil yang akan melebar Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapikeadaan tanaman tetap sehat dan segar.  
Selain  penyakit  keriting  daun,  penyakit  lainnya  dapat  dicegah  dengan  penyemprotan  fungisida Dithane  M  45,  Antracol,  Cupravit,  Difolatan.  Konsentrasi yang digunakan cukup 0,20,3%. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar. Pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit. 
2.3  PENYAMBUNGAN
Untuk menghindari  rasa  buah  yang mengecewakan, bisa saja memanfaatkan tanaman hasil buangan itu sebagai tanaman batang bawah. Batang atasnya dapat menggunakan tanaman sejenis yang diketahui sifat-sifat unggulnya (untuk tanaman buah-buahan) atau warna bunganya (bagi tanaman hias bunga) dan kecepatan pertumbuhan serta kelurusan batang pohon  (untuk tanaman kehutanan) perbanyakan dengan cara ini kita sebut dengan perbanyakan Sambungan (Grafting).
Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang-kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman yang tidak menghasilkan biji atau jumlah  bijinya sedikit. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif maka orang mulai memindahkan perhatiannya keperbanyakan vegetatif.    
Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh  sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. 
Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk  grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu : Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi , Scion grafting, lebih populer dengan  grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten , Grafting by approach atau  inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
  Penyambungan  disini  berarti  penyatuan antara batang  atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.
 Batang bawah  sering  juga disebut  stock atau  root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau  scion. Batang atas dapat berupa potongan  batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus  merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan  batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan.
Penyambungan antar varietas (masih dalam satu species) tidak pernah mengalamikesulitan, misalnya penyambungan karet varietas Gondang Tapeh I dan Wungun Rejodengan karet Ciranji I atau varietas LCB 479. Demikian juga bila kita melakukanpenyambungan dua tanaman yang jenis atau  speciesnya lain tapi masih dalam satumarga, tingkat keberhasilannya masih cukup tinggi, walaupun kadang-kadang juga ditemui kegagalan.  Sebagai contoh penyambungan yang berhasil adalah manggamadu (Mangifera indica) yang disambungkan dengan mangga Kweni (Mangiferaodorata) untuk tanaman buah-buahan, sedangkan untuk tanaman kehutananEucalyptus pellita disambungkan dengan Eucalyptus delupta. Kemungkinankeberhasilan penyambungan tanaman menjadi lebih kecil apabila melakukanpenyambungan antar marga yang masih dalam satu famili apalagi penyambungannyaantar famili, tingkat keberhasilannya makin kecil.
Berdasarkan  hasil  penelitian,  penggunaan daya konsentrasi 0,05% hormon IAAatau IBA bisa meningkatkan keberhasilan penyambungan, caranya denganmencelupkan atau mengolesi kedua ujung yang akan dilekatkan, atau menyemprotkanbatang atas sebelum disambung (Wudianto, 2002).
Teknik penyambungan ini bisa diterapkan untuk beberapa keperluan, yaitumembuat tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak, dan jugauntuk membantu pertumbuhan tanaman. Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah : Keuntungan : a.  Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan  vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya. bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah. c.  Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki. dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk  tanaman  buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan  pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).  Kerugian a.  Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang b.  Tingkat keberhasilannya rendah  jika tidak cocok antara  scion dan rootstock.

2.4 JAMBU BIJI
Jambu biji adalah salah satu  tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkantidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.
Jambu Biji (Psidium guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting; batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.
Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya: 1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali). 2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya berubah asam-asam manis. 3) Jambu merah. 4) Jambu pasar minggu. 5) Jambu sari. 6) Jmabu apel. 7) Jambu palembang. 8) Jambu merah getas.
Manfaat tanaman yaitu :1) Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol. 2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias. 3) Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional. 4) Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras.
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Syarat tumbuh yaitu : a. Iklim : 1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. 2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. 3) Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli- September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan. 4) Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu bij.
Media Tanam : 1) Tanaman jambu biji  sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. 2) Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. 3) Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.


III. BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan april sampai bulan mei yang terletak di laboratorium budidaya pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit rimbang, tanaman cabai, tanah, plastik gula dan bahan-bahan lain yang di butuhkan dan bibit tanaman buah jambu.
Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, pisau, polybag, cangkul, spidol, alat tulis dan alat dokumentasinya.
3.3 Cara Kerja
1.  Pertama bibit rimbang dan tanaman cabai disiapkan sebagai batang bawah dan batang atas, dengan syarat memilih batang bawah yang diameter batangnya disesuaikan dengan besarnya batang atas. Rimbang  dan cabe dapat disambung bila batangnya sudah sebesar pensil. Umur batang bawah pada keadaan siap sambung ini bervariasi antara 1-24 bulan, tergantung jenis tanamannya. Untuk rimbang umur 3-4 bulan. Batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah. Gunakan silet, pisau okulasi atau gunting setek yang tajam agar bentuk irisan menjadi rapi.
2. Batang bawah kemudian dibelah membujur sedalam 2-2,5 cm. Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-10 cm. Bagian pangkal disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga bentuk irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan  ke dalam belahan batang bawah.
3.  Pengikatan dengan tali plastikyang terbuat dari kantong plastik ½ kg selebar 1 cm. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula.Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas. Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu diperhatikan agar kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah.
4.  Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik bening.Agar sungkup plastik tidak lepas bagian bawahnya perlu diikat.Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan berwarna hitam dan kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa dibuka.Namun, pita pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu kemudian. Untuk selanjutnya kita tinggal merawat sampai bibit siap dipindahkan.
5. Pembibitan salah satu jenis tanaman buah, dan kelompok kami tertarik dengan tanaman jambu biji, karena mudah untuk tumbuh dan tidak terlalu membutuhkan perawatan.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan diperoleh hasil sambungan kurang memuaskan pada minggu pertama masih terlihat tampak segar, pada minggu kedua masih demikian, tetapi pada minggu ketiga didapati hasil sambungan sudah terbuka dan layu.
Sedangkan untuk pengadaan bibit jambu lumayan memuaskan karena bibit tersebut masih segar sampai dengan pengamatan terakhir pada 21 juni 2011.
B.     Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh di indikasikan hasil sambungan tanaman rimbang dan cabe gagal, karena tanaman hasil tanaman sambungan tersebut layu dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, ini dikarenakan faktor lingkungan tempat tanaman hasil sambungan langsung mengenai sinar matahari disore hari, yang seharusnya tidak dengan kondisi cahaya penuh, seharusnya kondisi iklimnya harus yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan yaitu daerah yang bersuhu udara sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan menunjang pertumbuhan awal bibit tanaman sedangkan untuk pemeliharaan tanaman hasil  sambungan sudah dilakukan sesuai dengan petunjuk, tetapi tanaman hasil sambungan tetap tidak tumbuh sesuai yang diharapkan atau terdapat kesalahan pada saat penyambungan dilakukan, meskipun sudah sesuai dengan petunjuk. Karena untuk melakukan penyambungan diperlukan sumber daya manusia yang terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta tanaman (hobby) ini penting artinya karena pada hakekatnya tanaman adalah makluk hidup yang penanganannya memerlukan perhatian khusus.
Untuk hasil dari pembibitan tanaman buah terbilang berhasil. Tanaman jambu biji tersebut subur karena kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji dan pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman jambu biji terpenuhi serta penyiraman yang rutin sehingga tanaman jambu biji dapat tumbuh baik sampai dengan pengamatan terakhir.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa hasil penyambungan tanaman rimbang dan cabe tidak berhasil, diperlukan keterampilan khusus dan kondisi lingkungan yang optimal serta pemeliharaan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan pembibitan tanaman buah berhasil karena pemilihan jenis tanaman yang dibibitkan merupakan jenis tanaman buah yang mudah untuk dibudidayakan.
5.2  Saran
Untuk praktikan hortikultura selanjutnya disarankan agar lebih serius dalam praktikum dan melaksanakan praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum agar hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993, Pegangan Pelaksanaan Pembiakan Vegetatif Konvensional. Sambung
Pracaya, 1992, Jeruk Manis. Varietas, Budidaya, dan Pasca Panen P.T. Penebar
         Swadaya, Jakarta.  
Rukmana, R. , 1995, Bugenvil, Seri Tanaman Hias, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, R. , 1995, Mawar, Seri Bunga Potong, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rochiman, K. ,Haryadi, S. S. , 1973, Pembiakan Vegetatif, Pengantar Agronomi,
         Dep. Agronomi Fakultas Pertanian IPB Bogor.
Wudianto, R. , 2002, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar Swadaya,
        Jakarta.                


DOKUMENTASI


1.       Tanaman Rimbang                                   2. Tanaman Cabe


3.       Pelaksanaan Penyambungan                              4. Tanaman Mulai Layu