Rabu, 06 Juli 2011

b. PENGOLAHAN DENGAN ALAT SEDERHANA  KAPUK
Pengolahan dengan alat sederhana ini tidak akan mendapatkan kapuk yang berkualits ekspo, tapi hanya untuk keperluan dalam negeri atau dijual local saja. Sejak pertangahan tahun 1969 dimana kapuk tidak dimonopoli lagi oleh PT kapuk Indonesia dan tidak dapat mengekspor kapuk lagi keluar negri, pengolahan sederhana ini banyak sekali bermunculan yang diusahan oleh bangsa pribumi. Terutama daerah kabupaten Kendal, kabupaten Jepara, dan Kabupaten Pati dimana didaerah-daerah ini memang banyak sekali tanaman kapuk randu. Yang diusahakan rakyat sebagai hasil sampingan atau perkebunan kecil-kecilan.
Sebagai sarana pengolahan kapuk dengan cara sederhana, juga masih membutuhkan lantai jemuran, penampungan kapuk odolan dan penampungan kapuk setengah halus.
Untuk lebih jelas maka dibawah ini gambar lantai jemuran pengolahan kapuk secara sederhana:






Hasil dari kapuk ini biasanya di press atau ball seperti yang digiling memekai molen/mesin dan pembungkusnya juga tidak terdiri dari tikar gelanse, tapi dimasukkan dalam karung plastic yang besar atau karung plastic disambung-sambung sampai enam sampai delapan lembar.
Kapuk yang dibungkus semacam ini diberi nama kapuk ball gajah, produsen kapuk ball gajah kebanyakan dari kabupaten Tayu, Pati, Bang Sri, Keling/kelet, Besokor,Beligpung dan lain-lain.
Perawatan kapuk randu dilakukan untuk mengurangi gulma serta benalu Loranthus spp yang sering ditemui menyerang kapuk randu. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Hama yang banyak ditemui adalah Penggerek buah Mudaria variabilis dan penggerek batang Alcides leew







CARA MENANAM DAN MENGOLAH KAPUK RANDU
Oleh
NUR’AINUN ( 0810211023 )
ENDANG DWIKI NINGRUM ( 0810211030 )
RIAN SURYANA ( 0810212168 )




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011


HUBUNGAN PERUBAHAN BENTUK EKOSISTIM DENGAN DEGREDASI LAHAN DAN LINGKUNGAN


                                         
NUR’AINUN
0810211023

ABSTRAK
Ekosistim merupakan suatu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistim memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial dalam pembangunan di daerah Batu Busuak, Padang, Sumatera Barat. Meskipun demikian kondisi alami hutan yang ada di daerah tersebut sudah tersentuh oleh masyarakat, dengan pengurangan luas hutan yang akan semakin cepat menimbulkan kerusakan. Meskipun masyarakat melakukan rehabilitasi dengan penanaman tanaman yang bisa dikomersilkan tetapi laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan laju kerusakannya. Kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak maka kaedah konservasi masih sangat sulit dilakukan. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar  timbul kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya ekosistim hutan dalam mendukung kehidupan perekonomian. Ekosistim hutan di Batu Busuk masih cukup bagus dengan ditemuinya beranekaragam vegetasi yang terdapat disana tetapi perlu pengelolaan yang dapat menjadi pemicu untuk meminimalkan degradasi lahan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Kata kunci : Ekosistem, Batu Busuk, Degredasi lahan, Lingkungan.






I.                   PENDAHULUAN

Kehidupan yang ada di muka bumi ini sebenarnya merupakan satu sistem ekologis. Sebagai suatu sistem, semua komponen penyusunnya seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan akan saling memengaruhi komponen yang lainnya. Yang dimaksud sistem ekologis adalah berfungsinya perpindahan energi dan daur biogeokimia pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai dengan perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke organisme, lalu kembali ke air, tanah dan udara lagi. Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem ekologi tersebut dinamakan lingkungan yang seimbang. Keseimbangan lingkungan yang dimaksud dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan berada dalam komposisi seimbang. Kondisi lingkungan semacam itu yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang sehat.

Seluruh kegiatan manusia selalu berdampak terhadap lingkungan, tetapi dampak tersebut bisa positif dan negatif tergantung pola yang kegiatan yang dilakukan dan pengetahuan tentang kondisi lingkungan. Komposisi atsmosfir, tanah, siklus hara melalui udara dan air serta aset ekologi lainnya merupakan bagian penting dalam mendukung kehidupan yang harus dipertahankan dan erat kaitannya dengan ekosistem. Ekosistem menyediakan jasa yang begitu besar terhaadap kehidupan manusia, walaupun manusia itu telah memiliki kebudayaan dan IPTEK yang tinggi.
Memahami mengenai trade-off baik lintas sektoral maupun lintas stakeholders dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan lingkungan. Sejarah membuktikan bahwa permasalahan yang terkait dengan ekosistem selalu didekati topik demi topik dan amat jarang dipergunakan tujuan yang multisektoral. Pendekatan ini ternyata tak dapat bertahan lama. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya meningkatkan produksi pangan, seringkali merugikan kepentingan lain, misalnya melestarikan keanekaragaman hayati atau meningkatkan kualitas air. melengkapi penilaian sektoral dengan menambahkan informasi mengenai dampak terhadap pilihan kebijakan, dalam lintas sektor dan lintas stakeholders. Menentukan pilihan pada tingkatan tata pemerintahan yang paling efektif. Pengelolaan yang efektif terhadap ekosistem akan memerlukan tindakan (action) pada semua skala, mulai dari skala lokal hingga ke skala global (Joseph Alcamo, 2005).

Kegiatan manusia sekarang secara langsung ataupun tak disengaja akan mempengaruhi semua ekosistem di dunia. Tindakan yang diperlukan untuk mengelola ekosistem merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diterima manusia untuk memodifikasi ekosistem, baik secara langsung maupun tak langsung. Pilihan-pilihan untuk pengelolaan dan kebijakan, serta kepedulian para stakeholder ternyata sangat berbeda pada semua skala. Kawasan prioritas untuk konservasi keanekaragaman hayati pada suatu negara yang ditentukan berdasarkan atas kepentingan “global”, misalnya, akan sangat berbeda dibandingkan dengan kawasan yang ditentukan berdasarkan kepentingan untuk masyarakat lokal. Penilaian multi-skala yang dikembangkan oleh MA merupakan pendekatan yang baru untuk menganalisa pilihan kebijakan pada berbagai skala dari masyarakat lokal hingga ke konvensi internasional  (Joseph Alcamo, 2005).

Kondisi hutan alam tidaklah statis, bahkan di dalam hutan alam yang telah mencapai klimaks pun, kondisinya dinamis (Kanowski et al., 2009). Kerusakan hutan akan berpengaruh terhadap beberapa hal antara lain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam kekeringan, banjir dan tanah longsor. Kondisi ekosistem hutan yang sudah terdegradasi serta mengalami deforestasi perlu segera dipulihkan dilakukan upaya pemulihan sehingga kawasan hutan dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.


Beberapa upaya pemulihan yang sudah dilaksanakan di Batu Busuk ini berdasarkan informasi yang diperoleh adalah adanya upaya mennjadikan kawasan hutan tersebut  menjadi hutan wisata yang diharapkan dapat mengalihkan pengolahan hutan dan menjadikannya bisnis pariwisata dengan mempromosikan keindahan alam dan nuansa alami. Mengubah pola pikir masyarakat terhadap kepedulian lingkungan bukan hal yang mudah karena lokasi hutan tersebut merupakan penghasil rupiah yang dapat menentukan keberlanjutan kehidupan masyarakat disekitar wilayah tersebut. Adanya periotas pemerintah terhadap kondisi perekonomian masyarakat dapat mewujudkan kawasan tersebut dimanfaatkan sebagai penghasil oksigen di daerah Batu Busuk khususnya dan Sumatera Barat umumnya.

Menyadari bahwa kegiatan manusia dan pembangunan ekonomi telah menyebabkan perubahan bentuk ekosistem, sementara dilain pihak pengelolaan ekosistem yang baik akan dapat mengentaskan kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Maka praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang mungkin akibat perubahan bentuk ekosistem dengan degredasi lahan dan lingkungan.













I.                   BAHAN DAN METODA

A.    Waktu dan Tempat
            Praktikum Ekologi Tanah dan Tanaman ini dilaksanakan pada tanggal   18 juni 2011 di Batu Busuk, Padang, Sumatera Barat.

B.     Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam peraktikum ini adalah lahan yang sudah digarap oleh masyarakat dilokasi Batu Basuk. Sedangkan Alat yang digunakan adalah alat tulis dan alat dokumentasi.

C.     Metoda
Metoda yang dilakukan adalah metoda survey diikuti dengan wawancara dengan Bapak pendamping, beserta dosen.















II.       HASIL DAN PEMBAHASAN
 
A.    Hasil
Berdasarkan pengamatan dilapangan diperoleh hasil bahwa terjadinya perubahan ekosistem telah menyebabkan degredasi lahan dan berpengaruh terhadap lingkungan tempat tinggal manusia. Tingkat degredasi ini dapat diukur dengan membandingkan dua daerah yang memiliki kondisi ekosistem yang berbeda. Di Batu Busuk ini tingkat degredasi lahan semakin meningkat dengan pengolahan pertanian secara intensif dan masih terdapat keanekaragaman vegetasi tinggi dibandingkan Kebun Percobaan Universitas Andalas.

B.     Pembahasan
Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat degradasi semakin meningkat dengan seiring berjalannya waktu disebabkan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan terhadap  tempat tinggal dan mata pencaharian dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat tetapi belum mengetahui arti pentingnya ekosistem yeng seimbang yang berkaitan erat dengan suksesi ekologi.

Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan (Spencer et al., 2001). Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan (del moral dan Bliss, 1993). Kasus yang pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi sekunder (Hartman dan McCarthy, 2008). Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi (Luken, 1990).

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi vegetasinya dilakukan survey pada titik pengamatan di lokasi Batu Busuk yang sudah mulai terbuka dengan berkurangnya penutup tajuk akibat pembukaan lahan baru menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi serta struktur vegetasinya. Di titik pengamatan ditemukan  dominasi batuan yang hampir ada disetiap luas lahan yang ada, berdasarkan hasil diskusi hal merupakan akibat dari perpindahan jalur air yang tidak dapat diprediksi, dimana aliran air ini telah mengikis dan membawa partikel-partikel tanah ke hilir, sehingga batuan tanah terangkat dan mendominasi disana, ketika terjadi perpindahan aliran, maka kondisi lahan bekas aliran air tersebut di penuhi batuan dan kemudian berevolusi kembali ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi.

            Permasalahannya adalah kurang ketatnya pengawasan pada saat terjadinya eksplooitasi hutan produksi tersebut, juga adanya konversi areal hhutan menjadi kepentingan lain seperti tempat pemukiman dan perkebunan kecil yang pengusahaannya tidak sesuai kaedah konservasi. Padahal hutan meninjau ulang kepentingan terhadap hutan sangat diperlukan, karena hutan dapat mengatur tata air dimana dialam diktat Dra. Yuli Pratiwi. M. Si menyatakan bahwa fungsi hutan dalam mengatur tata air meliputi 1) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara disebut penguapan atau evaporasi, peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi peristiwa keduanya secara bersama disebut evapotranspirasi, 2) Penguapan air pada tanah gundul mula mula cepat, sebab air yang menguap adalah yang terdapat dipermukaan tanah. Kecepatan penguapan air melalui permukaan tanah gundul relatif lebih sedikit dibandingkan dengan melalui tanah yang tidak gundul, tetapi apabila diatas tanah terdapat seresah, maka kecepatan penguapan lebih lambat, 3) Seresah yang terdapat di bawah pepohonan, memudahkan air masuk ke dalam tanah (mencegah banjir), jadi dalam hal ini hutan memperbesar daya penyimpanan air tanah.
           
            Hutan juga berperan dalam penyerap karbondioksida, 1)Karbondioksida yang terdapat diudara, dengan proses fotosintesis digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan, sehingga hutan dikatakan sebagai paru paru dunia. 2) Perlu diperlu dipertanyakan berapa persen hutan yang masih ada di negara yang telah maju. Mereka telah menggunakan hutannya untuk pembangunan dimasa yang telah silam. Disisi lain karbondioksida banyak berasal dari negara maju, ironisnya untuk menyerap karbondioksida ditugaskan bagi hutan negara yang sedang berkembang.

            Fungsi hutan lainnya adalah sebagai sumber plasma nuftah sangat penting, karena berbagai misteri kehidupan yang terdapat dalam hutan terlalu banyak yang belum diketahui, habitat satwa, penciptaan iklim mikro, bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain, pencegah erosi dan banjir

            Dalam konteks analisis dampak  lingkungan, penelitian dampak  dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan  pembangunan selalu lebih luas dari pada yang menjadi sasaran  pembangunan yang direncanakan. Sebagai contoh jika petani menyemprot sawahnya dengan pestisida untuk memberantas hama wereng, yang mati bukan hanya wereng saja melainkan juga lebah madu yang terbang di udara, ikan dan katak yang ada di sawah. Matinya lebah, ikan dan katak secara umum disebut efek samping atau dampak. Secara umum dalam analisis dampak lingkungnan , dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.
            Intensitas hujan yang tinggi di Batu Busuk ini membutuhkan kelestarian hutan sehingga daya serap air tinggi dan air selalu tersedia pada musim kemarau, karena saat ini daya serap air semakin menurun, dimana pada saat musim hujan air di aliran air sangat melimpah dan  terjadi kebanjiran, dan pada saat selesai hujan air menjadi sangat kecil dan pertikel-partikel tanah terangkut bersama aliran air, ditandai dengan keruhnya aliran air, yang di prediksi akibat pukulan air hujan yang langsung ketanah, karena berkurangnya tanaman.
            Rehabilitasi, merupakan pemulihan dari sebagian fungsi-fungsi ekosistem dan spesies asli, seperti memperbaiki hutan yang terdegradasi melalui penanaman, penyulaman dan pengkayaan jenis, seperti penanaman kayu mahoni, kayu manis, kayu yati, dan lain-lain.

















III.             KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
                  Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kepedulian terhadap ekologi tanah dan tanaman dapat mempertahankan kondisi ekosistim yang dapat menjaga keseimbangan alam dan memberi manfaat kepada kehidupan dan generasi selanjutnya. Karena sekarang ini perubahan ekosistem telah memberi dampak terhadap degredasi lahan akibat tidak adanya tindakan konservasi terhadap tata guna lahan yang sesuai dengan kaedah lingkungan.

B.     Saran
                 
                  Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan disarankan :
1.      Membuat survey tentang ketinggian tempat, lokasi berdasarkan alat pengukur seperti GPS, dll
2.      Mengetahui dan memahami langkah kerja praktikum.
3.      Menghitung jumlah populasi organisme dan mengambil data vegetasi dilahan praktikum.



Dokumentasi







                                              kondisi  aliran sungai                    
Beberapa vegetasi di Batu Bus u k






Beberapa tanaman budidaya


HUBUNGAN PERUBAHAN BENTUK EKOSISTIM DENGAN DEGREDASI LAHAN DAN LINGKUNGAN
                                         
NUR’AINUN
0810211023

ABSTRAK
Ekosistim merupakan suatu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistim memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial dalam pembangunan di daerah Batu Busuak, Padang, Sumatera Barat. Meskipun demikian kondisi alami hutan yang ada di daerah tersebut sudah tersentuh oleh masyarakat, dengan pengurangan luas hutan yang akan semakin cepat menimbulkan kerusakan. Meskipun masyarakat melakukan rehabilitasi dengan penanaman tanaman yang bisa dikomersilkan tetapi laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan laju kerusakannya. Kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak maka kaedah konservasi masih sangat sulit dilakukan. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar  timbul kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya ekosistim hutan dalam mendukung kehidupan perekonomian. Ekosistim hutan di Batu Busuk masih cukup bagus dengan ditemuinya beranekaragam vegetasi yang terdapat disana tetapi perlu pengelolaan yang dapat menjadi pemicu untuk meminimalkan degradasi lahan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Kata kunci : Ekosistem, Batu Busuk, Degredasi lahan, Lingkungan.






I.                   PENDAHULUAN

Kehidupan yang ada di muka bumi ini sebenarnya merupakan satu sistem ekologis. Sebagai suatu sistem, semua komponen penyusunnya seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan akan saling memengaruhi komponen yang lainnya. Yang dimaksud sistem ekologis adalah berfungsinya perpindahan energi dan daur biogeokimia pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai dengan perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke organisme, lalu kembali ke air, tanah dan udara lagi. Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem ekologi tersebut dinamakan lingkungan yang seimbang. Keseimbangan lingkungan yang dimaksud dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan berada dalam komposisi seimbang. Kondisi lingkungan semacam itu yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang sehat.

Seluruh kegiatan manusia selalu berdampak terhadap lingkungan, tetapi dampak tersebut bisa positif dan negatif tergantung pola yang kegiatan yang dilakukan dan pengetahuan tentang kondisi lingkungan. Komposisi atsmosfir, tanah, siklus hara melalui udara dan air serta aset ekologi lainnya merupakan bagian penting dalam mendukung kehidupan yang harus dipertahankan dan erat kaitannya dengan ekosistem. Ekosistem menyediakan jasa yang begitu besar terhaadap kehidupan manusia, walaupun manusia itu telah memiliki kebudayaan dan IPTEK yang tinggi.
Memahami mengenai trade-off baik lintas sektoral maupun lintas stakeholders dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan lingkungan. Sejarah membuktikan bahwa permasalahan yang terkait dengan ekosistem selalu didekati topik demi topik dan amat jarang dipergunakan tujuan yang multisektoral. Pendekatan ini ternyata tak dapat bertahan lama. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya meningkatkan produksi pangan, seringkali merugikan kepentingan lain, misalnya melestarikan keanekaragaman hayati atau meningkatkan kualitas air. melengkapi penilaian sektoral dengan menambahkan informasi mengenai dampak terhadap pilihan kebijakan, dalam lintas sektor dan lintas stakeholders. Menentukan pilihan pada tingkatan tata pemerintahan yang paling efektif. Pengelolaan yang efektif terhadap ekosistem akan memerlukan tindakan (action) pada semua skala, mulai dari skala lokal hingga ke skala global (Joseph Alcamo, 2005).

Kegiatan manusia sekarang secara langsung ataupun tak disengaja akan mempengaruhi semua ekosistem di dunia. Tindakan yang diperlukan untuk mengelola ekosistem merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diterima manusia untuk memodifikasi ekosistem, baik secara langsung maupun tak langsung. Pilihan-pilihan untuk pengelolaan dan kebijakan, serta kepedulian para stakeholder ternyata sangat berbeda pada semua skala. Kawasan prioritas untuk konservasi keanekaragaman hayati pada suatu negara yang ditentukan berdasarkan atas kepentingan “global”, misalnya, akan sangat berbeda dibandingkan dengan kawasan yang ditentukan berdasarkan kepentingan untuk masyarakat lokal. Penilaian multi-skala yang dikembangkan oleh MA merupakan pendekatan yang baru untuk menganalisa pilihan kebijakan pada berbagai skala dari masyarakat lokal hingga ke konvensi internasional  (Joseph Alcamo, 2005).

Kondisi hutan alam tidaklah statis, bahkan di dalam hutan alam yang telah mencapai klimaks pun, kondisinya dinamis (Kanowski et al., 2009). Kerusakan hutan akan berpengaruh terhadap beberapa hal antara lain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam kekeringan, banjir dan tanah longsor. Kondisi ekosistem hutan yang sudah terdegradasi serta mengalami deforestasi perlu segera dipulihkan dilakukan upaya pemulihan sehingga kawasan hutan dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.


Beberapa upaya pemulihan yang sudah dilaksanakan di Batu Busuk ini berdasarkan informasi yang diperoleh adalah adanya upaya mennjadikan kawasan hutan tersebut  menjadi hutan wisata yang diharapkan dapat mengalihkan pengolahan hutan dan menjadikannya bisnis pariwisata dengan mempromosikan keindahan alam dan nuansa alami. Mengubah pola pikir masyarakat terhadap kepedulian lingkungan bukan hal yang mudah karena lokasi hutan tersebut merupakan penghasil rupiah yang dapat menentukan keberlanjutan kehidupan masyarakat disekitar wilayah tersebut. Adanya periotas pemerintah terhadap kondisi perekonomian masyarakat dapat mewujudkan kawasan tersebut dimanfaatkan sebagai penghasil oksigen di daerah Batu Busuk khususnya dan Sumatera Barat umumnya.

Menyadari bahwa kegiatan manusia dan pembangunan ekonomi telah menyebabkan perubahan bentuk ekosistem, sementara dilain pihak pengelolaan ekosistem yang baik akan dapat mengentaskan kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Maka praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang mungkin akibat perubahan bentuk ekosistem dengan degredasi lahan dan lingkungan.













I.                   BAHAN DAN METODA

A.    Waktu dan Tempat
            Praktikum Ekologi Tanah dan Tanaman ini dilaksanakan pada tanggal   18 juni 2011 di Batu Busuk, Padang, Sumatera Barat.

B.     Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam peraktikum ini adalah lahan yang sudah digarap oleh masyarakat dilokasi Batu Basuk. Sedangkan Alat yang digunakan adalah alat tulis dan alat dokumentasi.

C.     Metoda
Metoda yang dilakukan adalah metoda survey diikuti dengan wawancara dengan Bapak pendamping, beserta dosen.















II.       HASIL DAN PEMBAHASAN
 
A.    Hasil
Berdasarkan pengamatan dilapangan diperoleh hasil bahwa terjadinya perubahan ekosistem telah menyebabkan degredasi lahan dan berpengaruh terhadap lingkungan tempat tinggal manusia. Tingkat degredasi ini dapat diukur dengan membandingkan dua daerah yang memiliki kondisi ekosistem yang berbeda. Di Batu Busuk ini tingkat degredasi lahan semakin meningkat dengan pengolahan pertanian secara intensif dan masih terdapat keanekaragaman vegetasi tinggi dibandingkan Kebun Percobaan Universitas Andalas.

B.     Pembahasan
Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat degradasi semakin meningkat dengan seiring berjalannya waktu disebabkan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan terhadap  tempat tinggal dan mata pencaharian dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat tetapi belum mengetahui arti pentingnya ekosistem yeng seimbang yang berkaitan erat dengan suksesi ekologi.

Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan (Spencer et al., 2001). Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan (del moral dan Bliss, 1993). Kasus yang pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi sekunder (Hartman dan McCarthy, 2008). Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi (Luken, 1990).

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi vegetasinya dilakukan survey pada titik pengamatan di lokasi Batu Busuk yang sudah mulai terbuka dengan berkurangnya penutup tajuk akibat pembukaan lahan baru menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi serta struktur vegetasinya. Di titik pengamatan ditemukan  dominasi batuan yang hampir ada disetiap luas lahan yang ada, berdasarkan hasil diskusi hal merupakan akibat dari perpindahan jalur air yang tidak dapat diprediksi, dimana aliran air ini telah mengikis dan membawa partikel-partikel tanah ke hilir, sehingga batuan tanah terangkat dan mendominasi disana, ketika terjadi perpindahan aliran, maka kondisi lahan bekas aliran air tersebut di penuhi batuan dan kemudian berevolusi kembali ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi.

            Permasalahannya adalah kurang ketatnya pengawasan pada saat terjadinya eksplooitasi hutan produksi tersebut, juga adanya konversi areal hhutan menjadi kepentingan lain seperti tempat pemukiman dan perkebunan kecil yang pengusahaannya tidak sesuai kaedah konservasi. Padahal hutan meninjau ulang kepentingan terhadap hutan sangat diperlukan, karena hutan dapat mengatur tata air dimana dialam diktat Dra. Yuli Pratiwi. M. Si menyatakan bahwa fungsi hutan dalam mengatur tata air meliputi 1) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara disebut penguapan atau evaporasi, peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi peristiwa keduanya secara bersama disebut evapotranspirasi, 2) Penguapan air pada tanah gundul mula mula cepat, sebab air yang menguap adalah yang terdapat dipermukaan tanah. Kecepatan penguapan air melalui permukaan tanah gundul relatif lebih sedikit dibandingkan dengan melalui tanah yang tidak gundul, tetapi apabila diatas tanah terdapat seresah, maka kecepatan penguapan lebih lambat, 3) Seresah yang terdapat di bawah pepohonan, memudahkan air masuk ke dalam tanah (mencegah banjir), jadi dalam hal ini hutan memperbesar daya penyimpanan air tanah.
           
            Hutan juga berperan dalam penyerap karbondioksida, 1)Karbondioksida yang terdapat diudara, dengan proses fotosintesis digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan, sehingga hutan dikatakan sebagai paru paru dunia. 2) Perlu diperlu dipertanyakan berapa persen hutan yang masih ada di negara yang telah maju. Mereka telah menggunakan hutannya untuk pembangunan dimasa yang telah silam. Disisi lain karbondioksida banyak berasal dari negara maju, ironisnya untuk menyerap karbondioksida ditugaskan bagi hutan negara yang sedang berkembang.

            Fungsi hutan lainnya adalah sebagai sumber plasma nuftah sangat penting, karena berbagai misteri kehidupan yang terdapat dalam hutan terlalu banyak yang belum diketahui, habitat satwa, penciptaan iklim mikro, bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain, pencegah erosi dan banjir

            Dalam konteks analisis dampak  lingkungan, penelitian dampak  dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan  pembangunan selalu lebih luas dari pada yang menjadi sasaran  pembangunan yang direncanakan. Sebagai contoh jika petani menyemprot sawahnya dengan pestisida untuk memberantas hama wereng, yang mati bukan hanya wereng saja melainkan juga lebah madu yang terbang di udara, ikan dan katak yang ada di sawah. Matinya lebah, ikan dan katak secara umum disebut efek samping atau dampak. Secara umum dalam analisis dampak lingkungnan , dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.
            Intensitas hujan yang tinggi di Batu Busuk ini membutuhkan kelestarian hutan sehingga daya serap air tinggi dan air selalu tersedia pada musim kemarau, karena saat ini daya serap air semakin menurun, dimana pada saat musim hujan air di aliran air sangat melimpah dan  terjadi kebanjiran, dan pada saat selesai hujan air menjadi sangat kecil dan pertikel-partikel tanah terangkut bersama aliran air, ditandai dengan keruhnya aliran air, yang di prediksi akibat pukulan air hujan yang langsung ketanah, karena berkurangnya tanaman.
            Rehabilitasi, merupakan pemulihan dari sebagian fungsi-fungsi ekosistem dan spesies asli, seperti memperbaiki hutan yang terdegradasi melalui penanaman, penyulaman dan pengkayaan jenis, seperti penanaman kayu mahoni, kayu manis, kayu yati, dan lain-lain.

















III.             KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
                  Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kepedulian terhadap ekologi tanah dan tanaman dapat mempertahankan kondisi ekosistim yang dapat menjaga keseimbangan alam dan memberi manfaat kepada kehidupan dan generasi selanjutnya. Karena sekarang ini perubahan ekosistem telah memberi dampak terhadap degredasi lahan akibat tidak adanya tindakan konservasi terhadap tata guna lahan yang sesuai dengan kaedah lingkungan.

B.     Saran
                 
                  Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan disarankan :
1.      Membuat survey tentang ketinggian tempat, lokasi berdasarkan alat pengukur seperti GPS, dll
2.      Mengetahui dan memahami langkah kerja praktikum.
3.      Menghitung jumlah populasi organisme dan mengambil data vegetasi dilahan praktikum.



Dokumentasi






                                              kondisi  aliran sungai                    
Beberapa vegetasi di Batu Bus u k






Beberapa tanaman budidaya
HUBUNGAN PERUBAHAN BENTUK EKOSISTIM DENGAN DEGREDASI LAHAN DAN LINGKUNGAN
                                         
NUR’AINUN
0810211023

ABSTRAK
Ekosistim merupakan suatu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistim memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial dalam pembangunan di daerah Batu Busuak, Padang, Sumatera Barat. Meskipun demikian kondisi alami hutan yang ada di daerah tersebut sudah tersentuh oleh masyarakat, dengan pengurangan luas hutan yang akan semakin cepat menimbulkan kerusakan. Meskipun masyarakat melakukan rehabilitasi dengan penanaman tanaman yang bisa dikomersilkan tetapi laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan laju kerusakannya. Kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak maka kaedah konservasi masih sangat sulit dilakukan. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar  timbul kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya ekosistim hutan dalam mendukung kehidupan perekonomian. Ekosistim hutan di Batu Busuk masih cukup bagus dengan ditemuinya beranekaragam vegetasi yang terdapat disana tetapi perlu pengelolaan yang dapat menjadi pemicu untuk meminimalkan degradasi lahan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Kata kunci : Ekosistem, Batu Busuk, Degredasi lahan, Lingkungan.






I.                   PENDAHULUAN

Kehidupan yang ada di muka bumi ini sebenarnya merupakan satu sistem ekologis. Sebagai suatu sistem, semua komponen penyusunnya seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan akan saling memengaruhi komponen yang lainnya. Yang dimaksud sistem ekologis adalah berfungsinya perpindahan energi dan daur biogeokimia pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai dengan perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke organisme, lalu kembali ke air, tanah dan udara lagi. Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem ekologi tersebut dinamakan lingkungan yang seimbang. Keseimbangan lingkungan yang dimaksud dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan berada dalam komposisi seimbang. Kondisi lingkungan semacam itu yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang sehat.

Seluruh kegiatan manusia selalu berdampak terhadap lingkungan, tetapi dampak tersebut bisa positif dan negatif tergantung pola yang kegiatan yang dilakukan dan pengetahuan tentang kondisi lingkungan. Komposisi atsmosfir, tanah, siklus hara melalui udara dan air serta aset ekologi lainnya merupakan bagian penting dalam mendukung kehidupan yang harus dipertahankan dan erat kaitannya dengan ekosistem. Ekosistem menyediakan jasa yang begitu besar terhaadap kehidupan manusia, walaupun manusia itu telah memiliki kebudayaan dan IPTEK yang tinggi.
Memahami mengenai trade-off baik lintas sektoral maupun lintas stakeholders dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan lingkungan. Sejarah membuktikan bahwa permasalahan yang terkait dengan ekosistem selalu didekati topik demi topik dan amat jarang dipergunakan tujuan yang multisektoral. Pendekatan ini ternyata tak dapat bertahan lama. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya meningkatkan produksi pangan, seringkali merugikan kepentingan lain, misalnya melestarikan keanekaragaman hayati atau meningkatkan kualitas air. melengkapi penilaian sektoral dengan menambahkan informasi mengenai dampak terhadap pilihan kebijakan, dalam lintas sektor dan lintas stakeholders. Menentukan pilihan pada tingkatan tata pemerintahan yang paling efektif. Pengelolaan yang efektif terhadap ekosistem akan memerlukan tindakan (action) pada semua skala, mulai dari skala lokal hingga ke skala global (Joseph Alcamo, 2005).

Kegiatan manusia sekarang secara langsung ataupun tak disengaja akan mempengaruhi semua ekosistem di dunia. Tindakan yang diperlukan untuk mengelola ekosistem merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diterima manusia untuk memodifikasi ekosistem, baik secara langsung maupun tak langsung. Pilihan-pilihan untuk pengelolaan dan kebijakan, serta kepedulian para stakeholder ternyata sangat berbeda pada semua skala. Kawasan prioritas untuk konservasi keanekaragaman hayati pada suatu negara yang ditentukan berdasarkan atas kepentingan “global”, misalnya, akan sangat berbeda dibandingkan dengan kawasan yang ditentukan berdasarkan kepentingan untuk masyarakat lokal. Penilaian multi-skala yang dikembangkan oleh MA merupakan pendekatan yang baru untuk menganalisa pilihan kebijakan pada berbagai skala dari masyarakat lokal hingga ke konvensi internasional  (Joseph Alcamo, 2005).

Kondisi hutan alam tidaklah statis, bahkan di dalam hutan alam yang telah mencapai klimaks pun, kondisinya dinamis (Kanowski et al., 2009). Kerusakan hutan akan berpengaruh terhadap beberapa hal antara lain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam kekeringan, banjir dan tanah longsor. Kondisi ekosistem hutan yang sudah terdegradasi serta mengalami deforestasi perlu segera dipulihkan dilakukan upaya pemulihan sehingga kawasan hutan dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.


Beberapa upaya pemulihan yang sudah dilaksanakan di Batu Busuk ini berdasarkan informasi yang diperoleh adalah adanya upaya mennjadikan kawasan hutan tersebut  menjadi hutan wisata yang diharapkan dapat mengalihkan pengolahan hutan dan menjadikannya bisnis pariwisata dengan mempromosikan keindahan alam dan nuansa alami. Mengubah pola pikir masyarakat terhadap kepedulian lingkungan bukan hal yang mudah karena lokasi hutan tersebut merupakan penghasil rupiah yang dapat menentukan keberlanjutan kehidupan masyarakat disekitar wilayah tersebut. Adanya periotas pemerintah terhadap kondisi perekonomian masyarakat dapat mewujudkan kawasan tersebut dimanfaatkan sebagai penghasil oksigen di daerah Batu Busuk khususnya dan Sumatera Barat umumnya.

Menyadari bahwa kegiatan manusia dan pembangunan ekonomi telah menyebabkan perubahan bentuk ekosistem, sementara dilain pihak pengelolaan ekosistem yang baik akan dapat mengentaskan kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Maka praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang mungkin akibat perubahan bentuk ekosistem dengan degredasi lahan dan lingkungan.













I.                   BAHAN DAN METODA

A.    Waktu dan Tempat
            Praktikum Ekologi Tanah dan Tanaman ini dilaksanakan pada tanggal   18 juni 2011 di Batu Busuk, Padang, Sumatera Barat.

B.     Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam peraktikum ini adalah lahan yang sudah digarap oleh masyarakat dilokasi Batu Basuk. Sedangkan Alat yang digunakan adalah alat tulis dan alat dokumentasi.

C.     Metoda
Metoda yang dilakukan adalah metoda survey diikuti dengan wawancara dengan Bapak pendamping, beserta dosen.















II.       HASIL DAN PEMBAHASAN
 
A.    Hasil
Berdasarkan pengamatan dilapangan diperoleh hasil bahwa terjadinya perubahan ekosistem telah menyebabkan degredasi lahan dan berpengaruh terhadap lingkungan tempat tinggal manusia. Tingkat degredasi ini dapat diukur dengan membandingkan dua daerah yang memiliki kondisi ekosistem yang berbeda. Di Batu Busuk ini tingkat degredasi lahan semakin meningkat dengan pengolahan pertanian secara intensif dan masih terdapat keanekaragaman vegetasi tinggi dibandingkan Kebun Percobaan Universitas Andalas.

B.     Pembahasan
Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat degradasi semakin meningkat dengan seiring berjalannya waktu disebabkan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan terhadap  tempat tinggal dan mata pencaharian dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat tetapi belum mengetahui arti pentingnya ekosistem yeng seimbang yang berkaitan erat dengan suksesi ekologi.

Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan (Spencer et al., 2001). Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan (del moral dan Bliss, 1993). Kasus yang pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi sekunder (Hartman dan McCarthy, 2008). Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi (Luken, 1990).

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi vegetasinya dilakukan survey pada titik pengamatan di lokasi Batu Busuk yang sudah mulai terbuka dengan berkurangnya penutup tajuk akibat pembukaan lahan baru menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi serta struktur vegetasinya. Di titik pengamatan ditemukan  dominasi batuan yang hampir ada disetiap luas lahan yang ada, berdasarkan hasil diskusi hal merupakan akibat dari perpindahan jalur air yang tidak dapat diprediksi, dimana aliran air ini telah mengikis dan membawa partikel-partikel tanah ke hilir, sehingga batuan tanah terangkat dan mendominasi disana, ketika terjadi perpindahan aliran, maka kondisi lahan bekas aliran air tersebut di penuhi batuan dan kemudian berevolusi kembali ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi.

            Permasalahannya adalah kurang ketatnya pengawasan pada saat terjadinya eksplooitasi hutan produksi tersebut, juga adanya konversi areal hhutan menjadi kepentingan lain seperti tempat pemukiman dan perkebunan kecil yang pengusahaannya tidak sesuai kaedah konservasi. Padahal hutan meninjau ulang kepentingan terhadap hutan sangat diperlukan, karena hutan dapat mengatur tata air dimana dialam diktat Dra. Yuli Pratiwi. M. Si menyatakan bahwa fungsi hutan dalam mengatur tata air meliputi 1) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara disebut penguapan atau evaporasi, peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi peristiwa keduanya secara bersama disebut evapotranspirasi, 2) Penguapan air pada tanah gundul mula mula cepat, sebab air yang menguap adalah yang terdapat dipermukaan tanah. Kecepatan penguapan air melalui permukaan tanah gundul relatif lebih sedikit dibandingkan dengan melalui tanah yang tidak gundul, tetapi apabila diatas tanah terdapat seresah, maka kecepatan penguapan lebih lambat, 3) Seresah yang terdapat di bawah pepohonan, memudahkan air masuk ke dalam tanah (mencegah banjir), jadi dalam hal ini hutan memperbesar daya penyimpanan air tanah.
           
            Hutan juga berperan dalam penyerap karbondioksida, 1)Karbondioksida yang terdapat diudara, dengan proses fotosintesis digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan, sehingga hutan dikatakan sebagai paru paru dunia. 2) Perlu diperlu dipertanyakan berapa persen hutan yang masih ada di negara yang telah maju. Mereka telah menggunakan hutannya untuk pembangunan dimasa yang telah silam. Disisi lain karbondioksida banyak berasal dari negara maju, ironisnya untuk menyerap karbondioksida ditugaskan bagi hutan negara yang sedang berkembang.

            Fungsi hutan lainnya adalah sebagai sumber plasma nuftah sangat penting, karena berbagai misteri kehidupan yang terdapat dalam hutan terlalu banyak yang belum diketahui, habitat satwa, penciptaan iklim mikro, bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain, pencegah erosi dan banjir

            Dalam konteks analisis dampak  lingkungan, penelitian dampak  dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan  pembangunan selalu lebih luas dari pada yang menjadi sasaran  pembangunan yang direncanakan. Sebagai contoh jika petani menyemprot sawahnya dengan pestisida untuk memberantas hama wereng, yang mati bukan hanya wereng saja melainkan juga lebah madu yang terbang di udara, ikan dan katak yang ada di sawah. Matinya lebah, ikan dan katak secara umum disebut efek samping atau dampak. Secara umum dalam analisis dampak lingkungnan , dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.
            Intensitas hujan yang tinggi di Batu Busuk ini membutuhkan kelestarian hutan sehingga daya serap air tinggi dan air selalu tersedia pada musim kemarau, karena saat ini daya serap air semakin menurun, dimana pada saat musim hujan air di aliran air sangat melimpah dan  terjadi kebanjiran, dan pada saat selesai hujan air menjadi sangat kecil dan pertikel-partikel tanah terangkut bersama aliran air, ditandai dengan keruhnya aliran air, yang di prediksi akibat pukulan air hujan yang langsung ketanah, karena berkurangnya tanaman.
            Rehabilitasi, merupakan pemulihan dari sebagian fungsi-fungsi ekosistem dan spesies asli, seperti memperbaiki hutan yang terdegradasi melalui penanaman, penyulaman dan pengkayaan jenis, seperti penanaman kayu mahoni, kayu manis, kayu yati, dan lain-lain.

















III.             KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
                  Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kepedulian terhadap ekologi tanah dan tanaman dapat mempertahankan kondisi ekosistim yang dapat menjaga keseimbangan alam dan memberi manfaat kepada kehidupan dan generasi selanjutnya. Karena sekarang ini perubahan ekosistem telah memberi dampak terhadap degredasi lahan akibat tidak adanya tindakan konservasi terhadap tata guna lahan yang sesuai dengan kaedah lingkungan.

B.     Saran
                 
                  Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan disarankan :
1.      Membuat survey tentang ketinggian tempat, lokasi berdasarkan alat pengukur seperti GPS, dll
2.      Mengetahui dan memahami langkah kerja praktikum.
3.      Menghitung jumlah populasi organisme dan mengambil data vegetasi dilahan praktikum.



Dokumentasi






                                              kondisi  aliran sungai                    
Beberapa vegetasi di Batu Bus u k






Beberapa tanaman budidaya