Selasa, 14 Desember 2010

ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


“Analisis Tingkat Preferensi
Keong-Mas (Pomacea Canaliculata L.)Pada Beberapa Tanaman”


Oleh :

NUR’AINUN
0810211023











PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010



I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hama, dapat dikatakan sebagai mahluk hidup (umumnya hewan seperti serangga, tikus, nematoda) yang menyebabkan kerusakan dan kerugian pada tanaman yang dibudidayakan. kehadiran hama tidak bisa dipisahkan dari dunia pertanian karena setiap ada tanaman pasti ada hama yang menyerang. Kehadiran hama ini tidak bisa dipandang remeh atau sebelah mata. Sudah cukup banyak kasus yang menunjukkan betapa hebatnya hama ini menghabiskan dan menghancurkan areal pertanian. Kenyataan tersebut membuat praktisi pertanian terus berupaya melakukan serangkaian penelitian dalam rangka menanggulangi serangan hama yang makin lama semakin mengganas. Namun seperti halnya antara pencuri dengan teknologi alat pengaman, dimana semakin canggih teknologi alat pengaman, semakin pintar pula seorang pencuri dalam mengatasi alat tersebut. Perumpamaan tersebut boleh jadi sama dengan team riset hama dan penyakit dengan hama itu sendiri dimana semakin maju teknologi pemberantasan hama, semakin banyak pula hama yang menyerang, seolah tidak ada habisnya(Arif Marwanto, 2010).
pengendalian hama ini harus kita pahami, karena bagaimanapun juga dia sudah menginvestasikan sejumlah uang agar modalnya bisa kembali dan kalau bisa mendatangkan keuntungan berlipat bagaimanapun caranya. Dan cara ini diyakini sebagai satu-satunya cara agar hasil panennya bisa selamat dan menghasilkan untuk menopang kehidupannya. Hal ini tentu saja sangat kontras dengan isu yang berkembang saat ini yang menuntut agar penggunaan pestisida kimia dalam pertanian dikurangi sesuai dengan asas pertanian yang berkelanjutan. Para ahli lingkungan hidup mengungkapkan bahwa penggunaan pestisida saat ini sudah sedemikian tinggi dan mengkhawatirkan. Apalagi didukung dengan ditemukannya tingkat residu pada sayuran/buah – buahan yang sudah disemprot pestisida. Tingginya tingkat residu pada makanan akan mempengaruhi kualitas hidup yang bukti yang kuat tersebut, perlu diupayakan agar pertanian yang dikembangkan sekarang ini sedapat mungkin menghindari penggunaan bahan kimia. Meskipun petani sendiri menyadari bahwa penggunaan bahan kimia terutama pestisida merusak lingkungan, namun tidak ada jalan lain lagi, lagipula budaya yang sudah melekat di masyarakat termasuk dalam hal tehnik budidaya sangat sulit dirubah begitu saja. Jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan terus memberikan penyuluhan secara kontinyu dan sedapat mungkin penggunaan pestisida hanya diberikan pada saat-saat terjadi serangan hama saja. Dan diusahakan agar pengendalian lebih diarahkan pada cara mekanis dan biologis. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan perangkap. Serangga adalah hama yang paling dominan menyerang tanaman. Tidak hanya sebagai hama saja melainkan juga sebagai media penular, baik untuk penyakit virus, nematoda, maupun jamur. Serangga paling banyak menyerang tanaman padi, palawija, hortikultura, buah-buahan mulai dari benih, bibit, bunga, daun, akar, batang dan buah. Oleh karenanya wajar bila banyak jenis Insektisida yang beredar di pasaran. Penggunaan perangkap merupakan alternatif pengendalian yang bisa dilakukan secara mekanis dan fisik. Dengan menggunakan perangkap, diharapkan bisa mengurangi populasi hama serangga yang merusak(Arif Marwanto, 2010).
Sebagai konsekuensi peningkatan jumlah penduduk, maka pemerintah akan tetap mempertahankan dan meningkatkan swasembada pangan, khususnya beras, yang meski telah dicapai sejak tahun 1984 namun sempat terganggu lagi pada beberapa tahun terakhir setelah krisis moneter pada tahun 1998. Di samping kendala budidaya yang lain gangguan hama pada tanaman padi tetap menjadi konstrain penting yang banyak menurunkan hasil dan bahkan menggagalkan panen di beberapa daerah sntra tanaman padi. Salah satu hama yang penyebarannya cukup luas dan banyak merusak pertanaman padi akhirakhir ini adalah hama siput-murbei atau keong-mas (Pomacea canaliculata L.), karena kerusakan yang ditimbulkannya dapat mencapai intensitas 13,2 – 96,5 %) (Pitojo, 1996).

keong ini berasal dari Amerika Selatan. Sementara Taiwan, Jepang dan Filipina memperkenalkannya sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak di wilayah Asia. Kemudian sampailah ia di Indonesia, banyak pihak yang tertarik untuk membudidayakannya. Sebab banyak yang menduga keong jenis ini berpotensi sebagai sumber protein hewani ataupun sebagai pakan ternak. Banyak surat permohonan ijin membudidayakannya mengalir bagai air ke Kantor Dirjen Perikanan. Tetapi permohonan ijin tersebut, tidak pernah di keluarkan. Karena beberapa waktu sebelumnya, di Filipina, Keong Mas yang dibudidayakan di sana, akhirnya menjadi hama. Ada 4 jenis Keong yang masuk dalam Genus Pomacea sp. Masing-masing dapat dibedakan berdasarkan warna cangkang dan bentuk tubuh. Pertama adalah spesies Pomacea canaliculata, dinamakan begitu karena konde cangkangnya berkanal, cangkangnya kuning kehijauan bergaris hitam. Konde atau susunan rumahnya tinggi, lingkaran kondenya berkanal dalam, kelompok telurnya merah jambu seperti buah Murbei. Kedua, spesies Ampularius canaliculata, warna cangkangnya kuning kehijauan tetapi tanpa pola garis hitam. Konde dan kanalnya tidak dalam. Ketiga, spesies Ampularius insularum, mirip dengan canaliculata, kanalnya dalam dan bentuk kondenya rendah, tetapi warna cangkangnya keemasan. Ampularius sanaliculata dan Ampularius insularum mimiliki kelompok telur berwarna merah jambu atau merah muda. Terakhir, jenis Ampularius Insularus, warnanya kuning bersih keemasan. Kondenya tinggi dan tidak berkanal(Pusvyta, 2008)
Menurut A.Hamzah, keunikan dari Keong Mas ini sebenarnya dapat di jadikan petunjuk untuk mempelajari curah hujan. Jika Keong meletakkan telurnya agak rendah, maka curah hujan akan rendah, namun jika ia meletakkan telurnya agak tinggi, misalnya 40 cm di atas permukaan sawah, berarti curah hujan pun akan sangat tinggi. Hal itu menjadi langkah antisipasi Keong terhadap kondisi terendam dalam air. Hujan yang terus menerus, akan mengakibatkan Keong juga lama dalam proses bertelur. Sistem pengendalian lain yang di terapkan oleh petani di Simbang adalah dengan memperhatikan Pola Tanam. Sebaiknya padi di tanam pada saat kondisi persawahan macak-macak (berlumpur / debit air tidak tinggi), karena Keong Emas kecil tidak kuat bertahan hidup dalam kondisi seperti ini. Ia sendiri menemukan alternatif pemberantasan keong mas yaitu dengan memasukkan serbuk gergaji yang dari kayu Bayam ke dalam karung lalu di letakkan pada aliran air di sawah. Keong Mas akan berguguran karena getah dari kayu tersebut pedas. Pada musim kemarau, pengendalian hama keong mas ini dapat dilakukan dengan penaburan abu sekam di pinggir pematang, sebab menurut Darwis R (Penyuluh KIPP Maros), pengaplikasian abu sekam mengakibatkan Keong tidak bisa tertutup.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui tanaman apa yang lebih disukai hama keong mas (Pomacea canaliculata SPP) terhadap perlakuan yang telah diberikan.







II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEONG MAS ( Pomacea SPP )
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) atau dikenal GAS (golden apple snail) sering dianggap biang kegagalan panen padi. Keong mas merupakan salah satu jenis moluska. Selain menjadi hama padi, keong mas sebenarnya juga memiliki potensi ekonomi cukup tinggi kalau bisa memanfaatkannya. Keong ini berasal dari rawa-rawa di Amerika Selatan seperti Brazil, Suriname, dan Guatemala. Pertama kali, keong mas didatangkan dari Taiwan sekitar tahun 1980-an. Tahun 1981, hewan ini diintroduksi ke Yogyakarta sebagai fauna akuarium. Sekitar tahun 1985-1987, hewan ini menyebar dengan sangat cepat dan populer di Indonesia. Mengenal dekat Moluska jenis ini hidup di perairan jernih, bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah. Menyukai tempat-tempat yang aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering. Keong mas dapat bertahan hidup sampai 6 bulan di dalam tanah yang mengalami kekeringan. Hewan ini dapat hidup pada air yang memiliki pH 5-8, serta toleransi suhu antara 18-28 derajat Celsius. Pada suhu lebih tinggi, keong mas makan lebih cepat, bergerak lebih cepat, dan tumbuh lebih cepat. Pada suhu yang lebih rendah, keong mas masuk ke dalam lumpur dan menjadi tidak aktif. Pada suhu di atas 32 derajat Celcius, hewan ini memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Keong ini termasuk hewan berjenis kelamin tunggal. Perkawinan keong mas dapat dilakukan sepanjang musim. Seekor keong mas mampu memproduksi sekitar 1.000-1.200 butir telur tiap bulan atau 200-300 butir tiap minggu. Stadium paling merusak ketika keong mas berukuran 10 mm (kira-kira sebesar biji jagung) sampai 40 mm (kira-kira sebesar bola pingpong). Di awal siklus hidupnya, induk keong meletakkan telur di tumbuhan, galengan dan barang lain seperti ranting dan air pada malam hari. Telur menetas setelah 7-14 hari.
(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/19/cakrawala/lain01.htm)
Keong emas (Pomacea sp.; Ampullariidae) merupakan salah satu hama utama dalam produksi padi. Pada tahun 1989, Badan Pangan Dunia (FAO) menduga kehilangn panen akibat serangan hama ini berkisar antara 1-40% dari areal padi sawah di Filipina. Keong emas memiliki pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat, sehingga sulit dikendalikan dan termasuk polyphage herbivore (rakus). Jenis tanaman yang disukai adalah padi muda, kangkung, eceng gondok, teratai, ubi-ubian, talas-talasan, bahkan sisa makanan, dan bangkai (Maini dan Rejesus. 1992).
Di Indonesia, semula keong emas sengaja dikembang- biakkan untuk ekspor, namun karena tujuan ini tidak tercapai pembiakan keong emas menjadi tidak terkendali sehingga lolos ke persawahan. Di sawah keong emas berkembang pesat dan menjadi hama tanaman padi. Pada tahun 1987 diperkirakan 9.500 ha lahan diserang, kemudian pada tahun 1988 seluas 130.000 ha. Populasi sebesar 0,5 ekor/m2 dapat menurunkan jumlah rumpun padi sebesar 6,5%, sedangkan populasi 8 ekor/m2men u r un k an sampai 92,8% (Soenaryo, dkk., 1989).
Selain di Filipina, keong emas ditemukan juga di Taiwan (1982), Jepang (1983), Korea dan Cina (1985), Okinawa (1986), Serawak (1987), dan Thailand (1991) (Litsinger dan Estano, 1983). Di Indonesia keong emas dibudidayakan sejak 1987, hasil pemantauan pada tahun 1995, menunjukkan delapan propinsi sudah terkontaminasi hewan ini, yaitu Aceh, Sumut, Jambi, Lampung, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur (Soenaryo, dkk., 1989; Susanto, 1995).
Menurut Susanto (1995), keong mas muda yang baru menetas dari telur berukuran 1,7-2,2 mm langsung meninggalkan cangkang telur dan masuk ke dalam air. Dua hari kemudian, cangkang keong tersebut menjadi keras. Seekor keong mas mampu memproduksi sekitar 1.000-1.200 butir telur tiap bulan atau 200-300 butir tiap minggu. Stadium paling merusak ketika keong mas berukuran 10 mm (kira-kira sebesar biji jagung) sampai 40 mm (kira-kira sebesar bola pingpong). Di awal siklus hidupnya, induk keong meletakkan telur di tumbuhan, galengan dan barang lain seperti ranting dan air pada malam hari. Telur menetas setelah 7-14 hari. Menurut Susanto (1995), keong mas muda yang baru menetas dari telur berukuran 1,7-2,2 mm langsung meninggalkan cangkang telur dan masuk ke dalam air. Dua hari kemudian, cangkang keong tersebut menjadi keras. Keong mas muda berukuran 2-5 mm telah memakan alga dan bagian tanaman yang lunak. Pertumbuhan awal berlangsung selama 15-25 hari. Pada umur 26-59 hari, keong mas sangat rakus mengkonsumsi makanan, sedangkan setelah berumur 60 hari, keong mas siap untuk berkembang biak. Keong mas memerlukan sekitar 3-4 jam pada saat mengadakan perkawinan di daerah yang senantiasa mendapatkan air sepanjang tahun. Keong mas dewasa memiliki cangkang yang berdiameter sekitar 4 sentimeter dan berat 10-20 gram. Pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh ketersediaan kalsium sebagai bahan pembentuk cangkang. Selain itu, lingkungan yang kaya dengan zat-zat makanan akan membentuk cangkang yang lebih besar, tebal dan kuat. Hewan ini dapat hidup 2-6 tahun dengan fertilitas yang tinggi.
Dalam pengelolaan populasi keong mas di alam sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai hama padi yang rakus, dan sebagai suatu potensi sumber protein, pakan ternak, ikan, kepiting, udang atau diolah menjadi makanan yang lezat dan berprotein tinggi yang bermanfaat sebagai sumber dana masyarakat. Sudarto (1991) berpendapat bahwa keong mas mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga tidak heran jika di Filipina binatang ini dikembangkan sebagai konsumsi untuk manusia dan ternak.
Dharitri (1995), proporsi daging keong mas hanya sekitar 18 persen dari total berat keong mas hidup. Daging keong mas yang mempunyai kadar protein sekitar 54 persen (bobot kering) dapat diberikan langsung kepada ikan atau dapat diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat sebagaimana pengolahan produk tepung ikan. Dalam percobaannya terhadap udang (Penaeus monodon), Bombeo-Turuban (1995) membandingkan asam amino esensial daging udang dengan asam amino daging keong mas yang mempunyai essential amino acid index (EAAI) sekitar 0,84. Efisiensi pakan pada budidaya perikanan tergantung dari kesamaan profil asam amino pakan dengan ikan yang diberi pakan tersebut.
Untuk keperluan sumber pakan ternak, pakan ikan, bahan makanan, obat-obatan dan untuk kegiatan ekonomi lainnya, pengadaan keong mas dalam jumlah besar dan kontinu sangat mungkin dilakukan, karena hampir semua persyaratan biologis untuk menjadikannya sebagai hewan peliharaan telah terpenuhi. Keong mas dapat hidup di berbagai perairan umum, mempunyai pertumbuhan pesat, reproduksi cepat dan pemeliharaannya relatif mudah termasuk di kolam budidaya.\
(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/19/cakrawala/lain01.htm).
Dimusim hujan saat ini banyak sekali kita jumpai keong mas didaerah persawahan, disatu sisi keong mas dianggap sebagai hama tanaman, tapi disisi lain keong sangat bermanfaat sebagai sumber nutrisi alternatif bagi ternak itik kita. Pada pengembangan ternak itik, keong mas (setelah dicincang) merupakan makanan campuran sebagai sumber protein yang murah. Selain mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan kalsium. Keong mas dapat juga dijadikan tepung, setelah direbus, dikeringkan dan digiling terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan dedak padi dan menir dengan perbandingan masing-masing 3,4 persen, 73,3 persen, dan 23,3 persen (Bagus, 1999). Penggunaan keong mas sebagai makanan itik sebagai sumber protein hewani telah dilakukan sejak tahun 1985 (Kompiang dkk., 1985). Akhir-akhir ini banyak wilayah padi dan wilayah ternak itik seperti halnya di daerah Banten, Jawa Tengah, Riau, dan beberapa daerah di Sulawesi dan Kalimantan telah memanfaatkan keong mas ini sebagai sumber pakan itik. Di Sumatra Selatan, pemberian ramuan keong mas 10% memberikan pertumbuhan yang baik bagi itik pada periode layer (bertelur). Di Pasaman, penggunaan keong mas untuk pakan itik mampu menaikkan hasil telurnya mencapai 80 persen. Pemberikan tepung keong mas pada peternakan ayam broiler juga telah dilakukan oleh Widyatmoko (1996). Tepung tubuh dan cangkang keong mas memberikan nilai pertumbuhan yang cukup baik bagi peternakan ayam. Hal yang cukup mengejutkan bahwa penggunaan tepung yang berasal dari cangkang keong mas juga memberikan nilai pertumbuhan yang bagus. Selain dalam bentuk tepung, silase daging keong mas juga telah terbukti menjadi sumber pakan ternak bagi ruminansia dan ayam buras (BP2TP Sumatra Utara, 2006). Pakan yang berbasis protein keong mas pernah diujicobakan pada peternakan burung puyuh (Coturnix coturnix) dan memberikan pertumbuhan yang baik.
Keong mas sebagai sumber pakan ikan dan organisma perairan lainnya saat ini sudah mulai banyak dilakukan oleh berbagai kalangan para pembudi daya. Pada pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.) tepung keong mas sejak tahun 1999 telah diujicobakan. Pada penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas sebanyak 25-75 persen memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak (Sholikhati, 1999). Keong mas yang dipotong-potong kemudian ditaburkan pada kolam ikan patin juga telah dilakukan oleh para petani di Kabupaten Bengkalis. Pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.) di Bengkalis, dengan pakan keong mas memberikan hasil yang cukup baik bagi pertumbuhan ikan tersebut. Pada budi daya ikan nila (Orochromis niloticus), komposisi 50% tepung ikan dan 50% telung keong mas memberikan pertumbuhan yang cukup baik, dengan nilai konversi pakan yang rendah (Abdullah,2000). Di Medan, pakan ikan mas dibuat ransumnya dari keong mas. Dalam pembuatan pakan ikan mas, dapat diperoleh sekitar 170 kg tepung keong mas/minggu.Pada pemeliharaan ikan gabus (Chana striata) yang diberi pakan keong mas memberikan pertumbuhan yang cukup baik. Selain itu, pakan yang dibuat dari keong mas juga telah dilakukan pada pemeliharaan ikan sidat (Anguilla sp.). Penggunaan keong mas untuk pakan Krustase telah dibuktikan pada udang dan kepiting. Pada budi daya udang windu, penggunaan pakan keong mas sudah dilakukan dalam uji coba oleh Bombeo-Tuburan dkk. pada tahun 1995. Pada pematangan gonad kepiting bakau (Scylla spp.) di Pantai Mayangan (Subang) dapat diketahui bahwa pemberian pakan berupa keong mas dapat mempersiangkat sampai 1/3 kali masa pemeliharaan dibandingkan dengan pemberian pakan yang berasal dari ikan. Penggunaan keong mas untuk pakan lobster air tawar telah diujicobakan di suatu universitas di Yogyakarta dan juga telah dilakukan oleh beberapa petani yang membudi daya lobster.
KEONG MAS BUAT PAKAN UDANGPALAS (Lampost): Keong mas yang selama ini merupakan hama tanaman dan musuh petani padi, kini justru menjadi sumber penghasilan. Sebab, hama ini laku dijual Rp700--Rp1.000/kilogram."Sejak sebulan terakhir ini harga keong mas terus naik dan karena itu, kami tertarik menangkapnya karena penampungnya jelas dan dibeli kontan," kata Sarudin, petani padi yang menyambi mencari keong mas, Selasa (17-5), saat ditemui Lampung Post di Desa Siring 20, Palas. Menurut Sarudin, keong mas dibeli pemilik tambak udang windu di kawasan Pematang Pasir, Ketapang, petambak di areal Pasirsakti, Labuhan Maringgai, dan petambak udang windu di Desa Bunut, Sragi. Selanjutnya, keong mas yang dibeli dari petani padi itu dijadikan pakan ikan dan ternak. Caranya dengan direbus lalu diberikan pada udang atau ternak itik. "Pembeli keoang mas banyak, setiap sore kami tinggal timbang dan dibayar kontan. Ini menjadi penghasilan tambahan. Sekarang baik orangtua maupun anak-anak beramai-ramai mencari keong mas untuk dijual," katanya. Menurut Sarudin, seharinya dia bersama anak-anaknya mampu mendapatkan 50--100 kg keong mas. "Kami mencarinya hanya sambilan saja, setelah bekerja dari sawah baru mencari keong mas, ya sekalian membasmi hama juga dapat uang," ujarnya.
Sementara itu, turun hujan selama beberapa hari terakhir di Kecamatan Palas dan sekitarnya, juga memberikan kesuburan bagi tanaman petani dan hal ini juga memicu berkembang biaknya keong mas. Sebelumnya, petani padi di sekitar Lampung Selatan amat merisaukan keberadaan hama yang menyantap tanaman petani. Apalagi keong mas ini memiliki perkembangbiakan yang sangat pesat dan telurnya bertahan dalam cuaca panas.
Namun, dengan adanya pemanfaatkan keong mas menjadi pakan udang dan ternak itik ini, petani makin bergairah mengumpulkan keong mas yang juga pengganggu tanaman tersebut (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/19/cakrawala/lain01.htm).
Keong mas atau siput murbai (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hewan lunak yang lebih dikenal sebagai hama tanaman padi dibanding sebagai bahan pangan yang berprotein tinggi. Siklus hidup yang pendek, keperidian tinggi dan toleransi yang luas terhadap lingkungan membuat hewan ini mampu bereproduksi dengan cepat dan kosmopolit. Aksi keong mas sering kali mengakibatkan petani rugi terkait dengan pengerusakan tanaman yang dilakukannya. Akhirnya sebagian besar petani menggunakan moluskisida yang merusak lingkungan untuk membasmi keong mas. Padahal selain mahal dan merusak lingkungan moluskisida tidak efektif pada pemakaian jangka panjang. Selain secara kimiawi petani pada khususnya telah menerapkan pemberantasan secara biologis dengan memanfaatkan keong-keong dewasa sebagai pakan ternak maupun konsumsi manusia. Pada kenyataannya langkah biologis ini kurang efektif, terbukti dengan riuhnya pemberitaan tentang kerusakan-kerusakan komoditas pertanian akibat serangan siput murbei. Rendahnya apresiasi masyarakat diduga sebagai penyebab kurang efektifnya pemberantasan keong mas cara lama. Hal ini karena nilai jual keong mas yang rendah dan hasil olahan keong mas yang menjijikan (www.hupelita.com).
Keong mas, juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, ikan, udang, sumber makanan berprotein tinggi bagi masyarakat, obat-obatan dan pengontrol inang perantara parasit trematoda yang menyebabkan gatal-gatal. Penggunaan keong mas untuk pakan itik terbukti mampu menaikkan hasil telur hingga 80 persen. Pemberian pakan sekitar 4,5 persen tepung keong mas pada peternakan sapi potong juga memberikan - hasil pertumbuhan yang cukup baik dan tingkat keuntungan paling tinggi dibandingkan pemberian pakan lain (www.hupelita.com).
Kandungan Nutrisi Keong Mas per 100 gram NO Kandungan Banyaknya
1. Enersi makanan 83 kalori
2. Protein 12,2 g
3. Lemak 0,4 g
4. Karbohidrat 6,6 g
5. Abu 3,2 g
6. Fosfor 61 mg
7. Kalium 40 mg
8. Natrium 17 mg
9. Ribovlavin 12 mg
10. Naicin 1,8 mg
Sumber: (www. applesnail .net )
Besarnya prosentase jumlah telur yang menetas pada kontrol disebabkan telur berada dalam kondisi optimal, yaitu berada pada suhu yang cocok dan lingkungan yang lembab serta tidak mendapat gangguan dari luar. Pada penelitian ini suhu ruang 25-27oC. Telur siput akan dapat menetas bila berada dalam lingkungan yang teduh, lembab dan sejuk. Pada keadaan demikian telur berada dalam keadaan lembab sehingga kemungkinan untuk menetas lebih tinggi, namun tidak semua telur menetas, pada umumnya jumlah telur yang menetas rata-rata mencapai 60-67% (Hatimah dan Ismail, 1989).
Menurut Halimah dan Ismail (1989) keong emas kawin pada malam hari selama 7-8 jam dan 24-48 jam setelah kawin dapat bertelur. Terhambatnya peneluran diduga juga disebabkan keong emas tidak mendapat makanan yang cukup.
Terakhir hama ini dilaporkan mengancam gagal panen ribuan hektar padi di kabupaten Indramayu (Republika, tanggal 23 Mei 2007). Karena hama siput ini dapat dimakan, terutama untuk campuran pakan ternak bebek (Santos, 1987; Diratmaja 2001) maka pengendaliannya pun banyak dilakukan dengan cara dipungut begitu saja, meski cara ini cukup menyulitkan karena hama ini dapat memenuhi seluruh areal persawahan sampai ke pematang dan selokan air di luar persawahan. Selain itu hama ini pun mampu bertelur 300 – 500 butir dengan tingkat natalitas rata-rata 80% (Pitojo, 1996). Dalam upaya mengurangi dampak negative pengendalian hama menggunakan bahan kimia (pestisida), maka akhir-akhir ini sangat dianjurkan upaya-upaya budidaya tanaman secara organic (Organic Farming), meminimasi pemberian pupukpupuk anorganik, serta pengendalian hama bukan dengan pestisida anorganik-sintetik. Cara ini dinilai lebih arif dan bijaksana dalam menopang upaya pelestarian produktivitas dan konservasi lahan pertanian yang dicanangkan dalam “Gerakan
Pertanian Selaras Alam” (Anonim, 2001). Teknik perangkap dan teknik jebakan dalam pengendalian hama keong mas diprediksi memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi sebagai teknik alternatif pengendalian hama.

B. Budi Setiawati
128 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2, Desember 2006
Padi merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut makanan berenergi. Disamping itu jumlah penduduk yang makin meningkat serta penyusutan lahan yang makin tahun meningkat sehingga kebutuhan bahan makanan yang berupa beras meningkat pula sehingga pemerintah berupaya meningkatkan produksi padi melalui perluasan areal tanam dilaksanakan di luar Jawa dan peningkatan produktivitas padi. Dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman padi salah satu faktor penghambatnya adanya organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman padi. OPTutama pada padi antara lain tikus, penggerek batang, WBC, Tungro, BLB, dan keong mas. Di wilayah DIY keberadaan hama keong mas belum mengkuatirkan tetapi bila hama tersebut tidak dikendalikan secara baik dan benar maka akan berpotensi menjadi hama utama, seperti tejadi di wilayah yang lain yang hampir tiap tahun terjadi permasalahan hama keong mas. Hama dari golongan moluska sangat berpotensial menjadi hama utama karena berkembang biak dengan cepat dan menyerang tanaman yang masih muda.
Keong mas (Lamarck) ( ) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika, tidak jelas mulai kapan masuk ke wilayah Indonesia. Keong mas secara bebas di pasaran pada tahun 1981 diYogyakarta telah dijualbelikan sebagai ikan hias karena bentuk dan warnanya yang menarik. Adanya banyak keong mas yang dijualbelikan pada masyarakat maka penyebaran keong mas makin meluas karena perkembangan biaknya sangat cepat. Disamping itu banyak keong mas yang
dibudidayakan di kolam-kolam sehingga banyak yang lari ke persawahan. Keong mas Pomaceae canaliculata Gastropoda; Ampullaridae

selain warnanya sangat menarik, nilai gizinya cukup tinggi yang tiap 100 gram mengandung kalori sebanyak 64 kkal, protein sebanyak 12 gram, karbohidrat sebanyak 2 gram, lemak sebanyak 1 gram, dan sejumlah mineral seperti besi, fosfor dan kalsium. Pada saat itu lemahnya pengawasan terhadap keberadaan keong mas di Indonesia, diperparah sering terjadinya bencana banjir yang mempercepat terjadinya penyebaran keong mas yang sangat cepat. Potensi keong mas dapat menyebabkan kerusakan tanaman berkisar 10 - 40%, daerah
penyebaran di wilayah Indonesia antara lain Jawa, Sumatra, Kalimantan, NTB dan Bali. Sedangkan di wilayah D.I. Yogyakarta daerah penyebarannya di Sleman, Bantul, Kota Yogyakarta dan Kulonprogo. Luas serangan yang terjadi di wilayah D.I. Yogyakarta masih sangat rendah tetapi jangka waktu ke depan perlu diwaspadai keberadaan hama keong mas karena perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat. Keong mas sangat menyukai lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10 - 35 C, dengan demikian sangat cocok untuk daerah pegunungan sampai pantai. Dengan demikian mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan air. Keong mas bersifat herbivor yang pemakan segala dan sangat rakus, tanaman yang disukai tanaman yang masih muda dan lunak seperti bibit padi, tanaman sayuran, dan enceng gondok. Apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka keong mas akan membenamkan diri pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama 6 bulan. Bila habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan muncul kembali pada saat pengolahan lahan. Keong mas mempunyai jenis kelamin yaitu jantan dan betina, tidak seperti jenis siput yang lain. Keong mas siap melakukan kopulasi pada saat kondisi air terpenuhi pada areal persawahan. Keong mas dewasa meletakkan telur pada tempat-tempat yang tidak tergenang air (tempat yang kering) dan melakukan bertelur pada malam hari pada rumpun tanaman, tonggak, saluran pengairan bagian atas dan rumput-rumputan. Telur keong mas diletakkan secara berkelompok berwarna merah jambu seperti buah murbei sehingga disebut juga keong murbei. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur sebanyak 15 - 20 kelompok, yang tiap kelompok berjumlah kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan lebih dari 85%. Waktu yang dibutuhkan pada fase telur yaitu 1 - 2 minggu, pada pertumbuhan awal membutuhkan waktu 2 - 4 minggu lalu menjadi siap kawin pada umur 2 bulan. Keong mas dewasa berwarna kuning kemasan. Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara 2 - 2,5 bulan. Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Cara menyerang keong mas pada tanaman padi yaitu tanaman padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, untuk padi tanam benih langsung (tabela) ketika 4 sampai 30 hari setelah tebar. Keong mas melahap pangkal bibit.

Siklus Hidup Keong Mas dari Telur sampai Siap Bertelur.
Tempat keong mas hidup biasanya di kolam, rawa, sawah irigasi, saluran air dan areal yang selalu tergenang. Keong mas mengubur diri dalam tanah yang lembab selama musim kemarau. Keong mas bisa berdiapause selama 6 bulan, kemudian aktif kembali jika tanah diairi. Keong bisa bertahan hidup pada lingkungan yang ganas seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen. Keong mas memakan beragam tumbuhan seperti ganggang, azola, rumput bebek, eceng gondok, bibit padi dan tumbuhan berdaun sukulen lainnya. Memilih bagian yang lunak dari tanaman muda, sebab siput murbai makan dengan cara mengerok permukaan tanaman dengan lidahnya yang kasar juga memakan bahan organik yang sedang berdekomposisi

B. DAUN PEPAYA
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi. Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit panas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan, serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam.

Klasifikasi ilmiah
Spesies: C. papaya
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

(tidak termasuk) Rosids

Ordo: Brassicales

Famili: Caricaceae

Genus: Carica




SYARAT TUMBUH
Iklim
1) Angin diperlukan untukpenyerbukan bunga. Angin yang tidakterlalu kencang
sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman.
2) Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-
2000 mm/tahun.

3) Suhu udara optimum 22-26 derajat C.
4) Kelembaban udara sekitar 40%.
Media Tanam
1) Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah ynag subur dan banyak
mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur.
2) Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.
3) Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman
ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hingga
tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, nama tamanan akan kurus, daun,
bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150
cm dari permukaan tanah.
Ketinggian Tempat
Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m dpl.

C. KANGKUNG
Ipomoea aquatica
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Solanales
Famili: Convolvulaceae
Genus: Ipomoea
Spesies: I. aquatica
Nama binomial
Ipomoea aquatica
Forssk.
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Ada dua jenis penanaman diusahakan: kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Ia sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu ia ditanam.
Ada dua bentuk kangkung. Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.
Hampir keseluruhan tanaman muda dapat dimakan. Karena kangkung tua berserat kasar, pucuk yang muda lebih digemari. Ia dapat dimakan mentah atau dimasak seperti bayam. Kangkung sering juga digoreng sebagai cah. Pelecing kangkung merupakan menu yang terkenal dari daerah Lombok.
(ms) http://agrolink.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html
Kategori: Solanales | Tumbuhan | Sayuran | Pertanian | Budidaya

D. BAYAM DURI
Famili : Amaranthaceae
Bayam duri, acap dianggap sebelah mata. Di bandingkan bayam sayur biasa, meski rasanya sama, tumbuhan ini jarang disentuh. Padahal, banyak yang tidak menyadari, selain enak, tumbuhan ini penuh khasiat, menyembuhkan disentri, bisul, sampai keputihan.
Bayam duri berasal dari suku Amaranthus. Masyarakat mengenalnya dengan bermacam nama. Di Lampung, bayam duri lebih dikenal dengan nama bayam kerui. Adapula yang mengenalnya senggang cucuk (Sunda), bayam eri, bayam raja, bayam roda, bayam cikron (Jawa), Ternyak duri, ternyak lakek (Madura).
Di Bali, namanya Bayam Kikihan, Bayam siap, atau Kerug Pasih. Sedangkan di Minahasa bernama Kedawa Mawaw, karawa rap-rap, karawa in asu, korawa kawayo. Di Makasar namanya Sinau katinting, di Bugis bernama Podo Maduri. Tapi di Halmahera Utara bayam duri lebih dikenal dengan nama Maijanga atau ma hohoru, di Ternate namanya Baya, sedangkan di Loda bernama Loda. Sebagaimana tertulis dalam buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, karya dr Setiawan Dalimartha, Trubus Agriwidya, Jakarta, 1999, tersebut bahwa dengan memanfaatkan akarnya, banyak khasiat yang bisa diambil. Misalnya untuk pengobatan bisul yang keras, wasir (hemoroid), ekzema, gusi bengkak berdarah, malancarkan pengeluaran ASI ( laktagoga ), demam, kutil, luka bakr dan di gigit ular berbisa. Seluruh tumbuhan direbus, airnya selagi hangat di gunakan untuk merendam kaki yang pegal linu, dan reumatik.
Asing : Prickly Amaranth, Le Xian Cai (Cina)
Sifat Kimiawi : Kaya kandungan kimia antara lain amarantin, rutin, kalium nitrat, piridoksin, garam-garam fosfat, besi, Vitamin A, C dan K.
Efek Farmakologis : Tanaman ini mempunyai sifat masuk meridien jantung dan ginjal. Menghilangkan panas (anti piretik), peluruh kemih (diuretik), menghilangkan racun (anti-toksin) menghilangkan bengkak, menghentikan diare dan membersihkan darah. Tanaman ini juga bersifat : Rasa manis, pahit dan sejuk.
Cara budidaya : Dengan cara Stek ataupun biji.
(Last edited by comojime; 13-08-2008 at 07:51 PM..
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=873123)















III. BAHAN DAN METODE

3. 1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 29 Oktober 2010 setiap harinya.Tempat pelaksanaan praktikum ini di Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larva keong mas (Pomacea SP) sebanyak 60 ekor, lumpur, daun pepaya, bayam duri, dan kangkung. Alat-alat yang digunakan adalah ember plastik persegi empat sebanyak 3 buah, , timbangan, plastik penutup, tissue, slotipe serta alat-alat tulis.

3.3 Metode
Dalam praktikum ini metode yang telah digunakan adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan, sebagai berikut :
a) Perlakuan kangkung = 100 gram
b) Perlakuan bayam duri = 100 gram
c) Perlakuan daun pepaya = 100 gram

3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Siapkan ember plastik berbentuk persegi empat sebanyak 3 buah.
2. Masukkan lumpur sebanyak 1/8 ember + air
3. Sebelum perlakuan dimasukkan ke dalam ember tersebut, terlebih dahulu setiap perlakuan yang merupakan daun pepaya, bayam duri, serta kangkung, harus ditimbang terlebih dahulu sebanyak 100gr, selanjutnya dipotong-potong jangan terlalu halus agar tidak sulit dalam penimbangan sisa makanan dari keong tersebut.
4. Setelah perlakuan di timbang, masukkan perlakuan kedalam ember dengan sisi letak yang merata disudut-sudut ember.
5. Masukkan 20 ekor keong/ember letakkan ditengah-tengah
6. Tutup dengan plastik dan jangan lupa memberi lubang udara.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Berat sisa tanaman
Analisis sidik ragam terhadap berat sisa tanaman oleh keong mas memperlihatkan hasil yang berbeda sangat nyata(lampiran 2). Setelah dilakukan uji lanjutan dengan DNMRT pada taraf nyata 5 % didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini :
Perlakuan Berat sisa makanan (gr)
DP (Daun Pepaya) 63,98 a
BD (Bayam Duri) 74,47 b
K (kangkung) 70,33 c

Tabel 1. Rata-Rata Banyak Sisa Makanan Keong Mas pada Masing-Masing Plot Perlakuan.






Pada tabel 1. Dengan cara menghitung rata-rata banyak sisa makanan dapat diketahui bahwa makanan yang paling banyak dimakan oleh keong mas adalah perlakuan DP (Daun Pepaya), diikuti oleh K (Kangkung), dan BD (Bayam Duri). Perlakuan Dp, BD, dan K berbeda sangat nyata. Untuk mengetahui berat sisa makanan dapat dilihat di grafik 1.


Dari grafik tersebut terlihat bahwa keong mas menyukai daun pepaya sebagai pakannya, sehingga sisanya hanya 63,90, dan jenis makanan yang disukai selanjutnya adalah bayam duri sebanyak 70,32 dan diikuti oleh kangkung sebanyak 74,52.






b. Populasi Keong Mas Pada Masing-Masing Plot
Analisis sidik ragam terhadap populasi keong mas memperlihatkan hasil yang berbeda sangat nyata(lampiran 3). Setelah dilakukan uji lanjutan dengan DNMRT pada taraf nyata 5 % didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :
Perlakuan Jumlah populasi keong mas (ekor)
DP (Daun Pepaya) 11,7 a
BD (Bayam Duri) 3,16 b
K (kangkung) 4,66 c

Tabel 2 Rata-Rata Populasi Keong Mas Pada Masing-masing Plot Perlakuan.
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil menunjukkan berbeda sangat nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 2 dapat diketahui rata-rata populasi keong terbanyak terdapat pada perlakuan DP ( Daun Pepaya), diikuti dengan perlakuan K(Kangkung) dan perlakuan BD(Bayam Berduri), sehingga dapat dikatakan ke 3 perlakuan berbeda sangat nyata. Untuk mengetahui rata-rata populasi keong mas dapat dilihat pada grafik 2


Dari grafik itu terlihat tersebut terlihat bahwa rata-rata populasi keong terbanyak terdapat pada perlakuan DP (Daun Pepaya) yaitu sebanyak 11,7, kemudian diikuti oleh perlakuan K (Kangkung) sebanyak 4,6 dan perlakuan BD(Bayam Duri) sebanyak 3,16.

4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan berat sisa makanan yang dimakan oleh keong mas dapat diketahui keong mas menyukai daun pepaya karena Keong emas (Pomacea sp.; Ampullariidae) merupakan salah satu hama utama dalam produksi padi. Pada tahun 1989, Badan Pangan Dunia (FAO) menduga kehilangn panen akibat serangan hama ini berkisar antara 1-40% dari areal padi sawah di Filipina. Keong emas memiliki pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat, sehingga sulit dikendalikan dan termasuk polyphage herbivore (rakus). Jenis tanaman yang disukai adalah padi muda,daun pepaya kangkung, eceng gondok, teratai, ubi-ubian, talas-talasan, bahkan sisa makanan, dan bangkai (Maini dan Rejesus. 1992).
Pemberian umpan perangkap serta dikombinasikan dengan pemungutan secara berkala baik diareal sawah maupun pada umpan perangkap merupakan salah satu cara yang juga dapat menekan populasi tanaman hama tersebut. Apalgi pemberian umpan perangkap yang dikombinasikan pula dengan pemasangan perangkap telur sangat besar pengaruhnya terhadap penekanan populasi hama keong mas. Umpan perangkap keong mas dapat digunakan daun, batang dan tangakai pepaya, daun kuda-kuda (on geureundong pague), dll. Makanan itu diletakkan secara berjejer( Silman hamidy,dkk, 2008). Yang selanjutnya diikuti tanaman kangkung yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Selain vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. Karena pada umumnaya keong mas menyukai tumbuhan air seperti kangkung, teratai, kupu-kupu, hidrilla, eceng gondok, dan tumbuhan tumbuahan darat yang berdaun lunak, seperti sawi, daun ubi kayu, dan daun pepaya ( Silvia, Muktar Ahmad dan nuraini, 1982).
Pada hari pertama pengamatan ditemukan telur keong mas pada ember perlakuan nomor satu. Dan diikuti dengan kematian seekor keong mas, pada hari berikutnya juga ditemukan telur keong mas, kehilangan serta kematian keong mas. Menurut Susanto (1995), keong mas muda yang baru menetas dari telur berukuran 1,7-2,2 mm langsung meninggalkan cangkang telur dan masuk ke dalam air. Dua hari kemudian, cangkang keong tersebut menjadi keras. Seekor keong mas mampu memproduksi sekitar 1.000-1.200 butir telur tiap bulan atau 200-300 butir tiap minggu. Stadium paling merusak ketika keong mas berukuran 10 mm (kira-kira sebesar biji jagung) sampai 40 mm (kira-kira sebesar bola pingpong). Di awal siklus hidupnya, induk keong meletakkan telur di tumbuhan, galengan dan barang lain seperti ranting dan air pada malam hari. Telur menetas setelah 7-14 hari. Menurut Susanto (1995), keong mas muda yang baru menetas dari telur berukuran 1,7-2,2 mm langsung meninggalkan cangkang telur dan masuk ke dalam air. Dua hari kemudian, cangkang keong tersebut menjadi keras. Keong mas muda berukuran 2-5 mm telah memakan alga dan bagian tanaman yang lunak. Pertumbuhan awal berlangsung selama 15-25 hari. Pada umur 26-59 hari, keong mas sangat rakus mengkonsumsi makanan, sedangkan setelah berumur 60 hari, keong mas siap untuk berkembang biak. Keong mas memerlukan sekitar 3-4 jam pada saat mengadakan perkawinan di daerah yang senantiasa mendapatkan air sepanjang tahun. Keong mas dewasa memiliki cangkang yang berdiameter sekitar 4 sentimeter dan berat 10-20 gram. Pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh ketersediaan kalsium sebagai bahan pembentuk cangkang. Selain itu, lingkungan yang kaya dengan zat-zat makanan akan membentuk cangkang yang lebih besar, tebal dan kuat. Hewan ini dapat hidup 2-6 tahun dengan fertilitas yang tinggi.
Menurut yeni (1992), tingginnya kandungan air dari suatu pakan akan menyebabkan pakan tersebut akan lebih lembut, dan mudah dicernakan. Rendahnya kandungan air dari suatu pakan kemungkinan bahan tersebut lebih sedikit dimakan dan sukar untuk dicernakan. Dapat diketahui bahwa populasi keong mas menyukai daun pepaya. Hal ini disebabkan karena keong mas menyukai daun pepaya karena kadar protein yang lebih tinggi. Tekstur daun pepaya lebih lembut dan lentur sehingga memberi kemudahan keong untuk memekan daun pepaya. Setelah terpegang daun pepaya tidak mudah terlepas. Daun pepaya ini memiliki permukaan yang lebih luas sehingga dapat digunakan sebagai tempat berlindung sekaligus dapat memakan daun pepaya.








V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulakan bahwa keong mas menyukai semua jenis tumbuhan, naman tingkat kesukaannya berbeda. Keong mas lebih menyukai daun pepaya karena kandungan protein pada daun pepaya lebih tinggi dari sayuran yang lalin, selanjutnya daun pepaya ini lebih lembut dan lentur,serta permukaannya lebih luas dibanding daun sayur yang lainnya, sehingga daun pepaya ini bisa sekaligus sebagai tempat berlindung dari sengatan matahari dan memakan daunnya.

5.2 SARAN
Untuk praktikan selanjutnya disarankan untuk :
1. menggunakan wadah yang ditutup rapat sehingga keong tidak keluar dari wadah
2. menimbang sisa makanan dengan hati-hati, gunakanlah timbangan yang akurat.
3. Potongan tanaman jangan terlalu halus karna menyulitkan pada saat pencucian dan penimbangan.















DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1975. Bertanam Pohon Buah-Buahan. Yogyakarta : Kanisius.
Pengaruh Beberapa Jenis Ekstrak Tanaman Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Keong Mas (Pomacea canalicuta) Suharto Budiyono — Teknik Mengendalikan Keong Emas 133 Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta

Anonim. (2008). Hama Keong Mas Berpotensi Menjadi Sumber
Pendapatan Petani. Diambil dari hupelita pada tanggal 23 September 2008 dari http://www.hupelita.com/baca.php?id=28563

Anonim. (2008 ). Stik Ketan Berbasis Telur Keong Mas Sebagai Aplikasi
Ekoefisien yang Bergizi. Diambil dari indoskripsi pada tanggal 23
September 2008 dari http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/
tugas-kuliah-lainnya/stik-ketan-berbasis-telur-keong-massebagai-
aplikasi-ekoefisiensi-yang-bergizi.

Anonim. (2008 ). Kecap Keong Sawah. Diambil dari warintek ristek pada
tanggal 22 September 2008 dari http://www.warintek.ristek.go.id/
pangankesehatan/pangan/piwp/kecap_keong_sawah.pdf

Arif Marwanto, 2010, Tugas Akhir Praktikum Ilmu Hama. Ugm: Yogjakarata.

Hatimah, S and W. Ismail. 1989. Penelitian pendahuluan budidaya siput emas (Pomaceae sp.). Buletin Penelitian Perikanan Darat 8 (1): 37-48.

Muljohardjo, M., Siswandono, dan S. Mangundihardjo. 1978.Ped o ma n
Bercocok Tanam Jambu Mete(Anacardium occidentale L.). Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM. Ohler, J.G. 1966. Cashew nut processing. Tropical Abstract 21 (9): 549.

Silvia, M. Ahmad, dan H.S. Nuraini. 1992. Kepadatan keong emas yang dibudidayakan dalam keramba terapung di kolam ikan.Teru b u k 18 (54): 2-9.

Susanto, H. 1995. Siput Murbei, Pengendalian dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Soenaryo, E., P. Panudju, dan M. Syam. 1989. Siput murbei: siput indah yang dapat menimbulkan malapetaka bagi pertanaman padi sawah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11 (5): 1-4.


Pusvyta, 2008. CERITA KECIL TENTANG KEONG EMAS. Kompas, 15 Juli 2003 dan Desember 2005 dan http://lateral.4t.com/custom.html.

(ms) http://agrolink.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html
Kategori: Solanales | Tumbuhan | Sayuran | Pertanian | Budidaya













DOKUMENTASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar